“Putri saya yang berusia 17 tahun mengatakan kepada saya bahwa dia merasa pusing, dan suami saya tidak mau makan.”
Ketika Gaza semakin menuju ke arah kelaparan skala besar, warga sipil dan petugas kesehatan yang menjadi pengungsi mengatakan kepada CNN bahwa mereka kelaparan agar anak-anak mereka dapat makan apa yang tersedia.
Jika warga Palestina menemukan air, kemungkinan besar air tersebut tidak dapat diminum.
Ketika truk-truk bantuan mulai berdatangan ke wilayah tersebut, orang-orang saling berhamburan untuk mengambil bantuan. Anak-anak yang hidup di jalanan, setelah terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat pemboman Israel, menangis dan berebut roti basi.
Yang lainnya dilaporkan berjalan berjam-jam dalam cuaca dingin untuk mencari makanan, sehingga berisiko terkena serangan Israel.
Bahkan sebelum perang, dua dari tiga orang di Gaza bergantung pada bantuan pangan, kata Arif Husain, kepala ekonom di Program Pangan Dunia (WFP), seperti dikutip CNN.
Warga Palestina telah menjalani 17 tahun blokade parsial yang diberlakukan oleh Israel dan Mesir.
(Sumber: Middle East Monitor, 9news, CNN)