Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan, Israel setuju menghentikan aksi militer brutalnya di Gaza selama Ramadhan di Jalur Gaza.
“Ramadhan akan segera tiba dan telah ada kesepakatan dari pihak Israel bahwa mereka tidak akan melakukan aktivitas selama Ramadhan, juga untuk memberi kami waktu untuk mengeluarkan semua sandera,” ujar Joe Biden dalam sebuah pernyataan, Selasa (27/2/2024).
Bulan suci Ramadhan tahun 2024 diperkirakan akan dimulai pada malam tanggal 10 Maret hingga malam tanggal 9 April 2024.
Biden mengatakan gencatan senjata sementara akan memudahkan hubungan dengan negara-negara tetangga Israel dan memulai proses bagi Palestina untuk memiliki negara mereka sendiri.
“Hal ini memberi kita waktu untuk mulai bergerak ke arah yang telah dipersiapkan oleh banyak negara Arab. Misalnya, Arab Saudi siap mengakui Israel; Yordania adalah; Mesir, ada enam negara bagian lainnya. Saya telah bekerja dengan Qatar,” kata Joe Biden.
“Jika kita mencapai kesepakatan gencatan senjata sementara, kita akan mampu bergerak ke arah di mana kita dapat mengubah dinamika dan tidak mendapatkan solusi dua negara dengan segera, namun sebuah proses untuk mencapai solusi dua negara,” sambungnya.
Sebelumnya, Biden juga menyampaikan harapan bahwa kesepakatan gencatan senjata antara Israel dengan Hamas dapat tercapai hari Senin pekan depan (4 Maret 2024).
“Penasihat keamanan nasional telah saya memberi tahu saya bahwa kesepakatan gencatan senjata sudah dekat, namun masih akan terus dibahas,” ucap Biden.
Baca juga: Industri Pariwisata Israel Tumbang oleh Aksi Agresinya Sendiri Atas Gaza
“Harapan saya Senin depan kita bisa melakukan gencatan senjata,” sambungnya.
Aksi militer Israel telah menewaskan lebih dari 29 ribu orang di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Palestina yang dikelola Hamas.
Baca juga: Houthi Akan Setop Serangan ke Laut Merah Jika Israel Hentikan Agresi di Gaza
Perang tersebut pecah setelah Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menewaskan 1.160 orang di Israel, sebagian besar warga sipil.
Hamas juga menyandera sekitar 250 orang, 130 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk 31 orang diperkirakan tewas, menurut Israel.