Korban Jiwa Palestina Nyaris 30.000 Jiwa, IDF: Perang Israel Bukan Melawan Warga Gaza
TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan pada Konferensi Darurat Organisasi Zionis Dunia (WZO) kalau Israel “berperang melawan Hamas, bukan melawan rakyat Gaza”.
Pada faktanya, serangan Israel di daerah kantong yang terkepung itu sudah menewaskan hampir 30.000 orang setelah bombardemen tanpa pandang bulu dilakukan dalam lima bulan terakhir.
“Tujuan kami dalam perang ini, misi utama kami, adalah untuk menyelamatkan sandera kami, tetapi juga memastikan bahwa warga Gaza bebas dari Hamas,” tambahnya.
Baca juga: Bukan Cuma Manusia, Tumbuhan dan Hewan di Gaza Juga Jadi Sasaran Pembantaian Israel
“Kami membongkar kerangka militer Hamas dari utara ke selatan. Kami sudah membongkar 18 batalion dari 24 batalyon dan kami sedang menyelesaikan yang lainnya, empat batalyon terakhir berada di Rafah,” klaim Hagari.
Dia juga mengatakan bahwa tentara Israel tidak dapat melakukan operasi terhadap 1,4 juta orang di Rafah.
Dia menyatakan, akan ada perpindahan orang ke zona yang lebih aman, ucapan yang mirip saat migrasi jutaan orang dari Gaza Utara ke Selatan dihujani peluru IDF waktu awal invasi militer ke Gaza Oktober tahun lalu.
Deal atau Tidak Gencatan Senjata, Israel Tetap Serang Rafah
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, kesepakatan gencatan senjata terkait perang Israel di Gaza, sedang dalam proses.
Pada Minggu (25/2/2024), pembicaraan dilanjutkan di Qatar pada tingkat spesialis.
Nantinya, diskusi akan dilanjutkan di Kairo dengan tujuan mencapai gencatan senjata dan pembebasan puluhan sandera yang ditahan di Gaza serta warga Palestina yang dipenjarakan oleh Israel.
Meski begitu, Benjamin Netanyahu menyebut, kesepakatan gencatan senjata hanya akan menunda serangan militer Israel di Rafah.
Netanyahu pun mengklaim kemenangan total di wilayah tersebut akan terjadi dalam beberapa minggu setelah serangan dimulai.
"Serangan militer Israel di Kota Rafah paling selatan di Gaza bisa agak tertunda jika kesepakatan dicapai untuk gencatan senjata selama berminggu-minggu antara Israel dan Hamas," ujarnya, Minggu, dilansir AP News.
Netanyahu mengatakan, dia akan mengadakan pertemuan Kabinet minggu ini untuk menyetujui rencana operasional yang mencakup evakuasi warga sipil ke tempat lain di Gaza.
“Setelah kami memulai operasi Rafah, fase pertempuran yang sengit akan selesai dalam beberapa minggu lagi. Bukan berbulan-bulan,” ungkap Netanyahu kepada CBS.
“Jika kami tidak mencapai kesepakatan, kami akan tetap melakukannya," lanjutnya.
Harapan AS
Penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS), Jake Sullivan, berharap adanya kesepakatan yang tegas dan final mengenai gencatan senjata sementara di Gaza.
Jake Sullivan juga berharap pembebasan sandera dapat dicapai dalam beberapa hari mendatang, setelah ada kemajuan dalam negosiasi pada akhir pekan.
Baca juga: Jelang Ramadan, Simak 21 Merek Kurma Produksi Israel yang Diboikot, Ditanam di Tanah Palestina
Harapan itu disampaikan AS setelah Israel dilaporkan telah menyetujui garis besar kesepakatan tersebut.
Para mediator sebelumnya berharap mereka hampir mencapai sebuah terobosan.
Namun, perundingan terhenti karena kesenjangan yang lebar antara posisi Hamas dan Israel.
AS pun berusaha keras untuk mencapai kesepakatan.
Diberitakan Financial Times, Sullivan mengatakan, para perunding dari AS, Israel, Mesir, dan Qatar telah mencapai pemahaman tentang 'kontur dasar' kesepakatan selama pembicaraan di Paris, meskipun rinciannya masih perlu diselesaikan.
Seseorang yang mendapat penjelasan mengenai perundingan tersebut mengatakan, kemajuan telah dicapai di Ibu Kota Prancis dan tim teknis Israel dijadwalkan berada di Doha untuk membahas proposal tersebut.
Diskusi tidak langsung antara Mesir dan Qatar dengan Hamas masih diperlukan untuk mencapai kesepakatan.
Sullivan pun menyarankan agar perundingan tersebut dapat diselesaikan segera.
Sementara itu, Israel hampir menyetujui rencana untuk memperluas serangannya terhadap kelompok militan Hamas hingga Rafah di perbatasan Gaza-Mesir, di mana lebih dari separuh penduduk wilayah yang terkepung berjumlah 2,3 juta orang mencari perlindungan.
Kelompok kemanusiaan telah memperingatkan akan adanya bencana.
Baca juga: Israel Tembak Mati 10 Warga Gaza yang Sedang Menunggu Truk Pembawa Bantuan Makanan
Rafah merupakan pintu masuk utama bantuan ke Gaza.
AS dan sekutu lainnya mengatakan Israel harus menghindari tindakan yang merugikan warga sipil.
Setidaknya 29.692 warga Palestina telah tewas dan 69.879 orang terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Revisi jumlah korban tewas di Israel akibat serangan 7 Oktober mencapai 1.139 orang.
(oln/aja/*)