TRIBUNNEWS.COM - Israel, Hamas, dan sejumlah mediator kini sedang dalam proses meninjau kesepakatan baru untuk membebaskan sekitar 130 sandera yang ditahan di Jalur Gaza dengan imbalan jeda perang selama beberapa minggu, AP News melaporkan.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan kesepakatan ini bisa mulai berlaku pada hari Senin (4/3/2024), menjelang deadline tidak resmi, yaitu awal bulan suci Ramadhan, sekitar tanggal 10 Maret.
Namun seperti apa teknis gencatan senjata kali ini?
Berikut penjelasannya seperti dilansir AP News.
Kerangka Kesepakatan
Menurut seorang pejabat senior dari Mesir, gencatan senjata selama enam minggu akan mulai berlaku.
Hamas akan menyetujui membebaskan hingga 40 sandera, yang sebagian besar perempuan sipil, setidaknya dua anak-anak, dan tawanan lanjut usia dan yang sakit.
Israel akan membebaskan sedikitnya 300 tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel, kata pejabat itu.
Israel juga akan mengizinkan warga Palestina yang terlantar untuk kembali ke wilayah tertentu di Gaza utara, yang merupakan target pertama serangan darat Israel dan telah mengalami kehancuran yang luas, menurut pejabat dari Mesir, yang memediasi kesepakatan tersebut bersama dengan AS dan Qatar.
Pejabat Mesir mengatakan pengiriman bantuan akan ditingkatkan selama gencatan senjata.
300 hingga 500 truk memasuki wilayah yang terkepung itu setiap hari.
Jumlah itu jauh lebih banyak daripada jumlah rata-rata harian truk yang masuk sejak dimulainya perang.
Baca juga: Pejabat Hamas Ungkap Bocoran Soal Proposal Negosiasi Gencatan Senjata Jadi Perang Psikologis AS
Pengiriman ke daerah-daerah di Gaza akan difasilitasi dan dikawal oleh Israel.
Ketidaksepahaman
Meskipun Joe Biden optimis gencatan senjata kali ini akan berjalan sesuai rencana, baik pejabat Israel dan Hamas masih pesimis dengan prosesnya.
Israel dan Hamas memiliki perbedaan pendapat yang jauh dalam hal kesepakatan.