TRIBUNNEWS.COM, BOGOTA - Pemerintah Kolombia menangguhkan pembelian senjata dari Israel usai pasukan pimpinan menembaki orang-orang yang mencari makanan di Gaza yang menandai eskalasi ketegangan antara kedua negara atas perang Israel-Hamas.
Menggambarkan kematian tersebut sebagai genosida, Petro menyalahkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas kekerasan yang terjadi di sekitar konvoi bantuan.
Para pejabat kesehatan di Gaza mengatakan sedikitnya 112 orang tewas, sehingga jumlah korban tewas dalam perang ini menjadi lebih dari 30.000 orang.
Israel mengatakan banyak korban tewas terinjak-injak dalam penyerbuan yang kacau untuk mendapatkan makanan.
Pernyataan Petro ini muncul beberapa bulan setelah Israel menangguhkan ekspor keamanan ke Kolombia dalam sebuah pertikaian diplomatik atas pesan online oleh presiden Kolombia yang membandingkan pengepungan Israel atas Gaza dengan tindakan Nazi Jerman.
"Hanya karena meminta makanan, lebih dari 100 orang Palestina dibunuh oleh Netanyahu," kata Petro dalam sebuah posting di X, yang sebelumnya bernama Twitter.
Baca juga: IDF Sudah Tahu Ribuan Warga Palestina akan Kerubungi Bantuan: Terencana, Berondong Peluru Tanpa Ragu
Kolombia telah menjadi sekutu utama AS selama bertahun-tahun dan salah satu mitra terdekat Israel di Amerika Latin.
Hubungan dengan Israel dan AS telah mendingin sejak Petro terpilih sebagai presiden sayap kiri pertama di negara itu pada tahun 2022, meskipun Bogota dan Washington tetap menjalin hubungan yang relatif baik meskipun ada perbedaan mengenai kebijakan narkoba AS dan Venezuela.
Kolombia menggunakan pesawat tempur dan senapan mesin buatan Israel untuk memerangi kartel narkoba dan kelompok pemberontak, dan kedua negara menandatangani perjanjian perdagangan bebas pada tahun 2020.
Kolombia memperdalam hubungan militernya dengan Israel pada akhir 1980-an dengan membeli sekelompok jet tempur Kfir yang mampu menggunakan bom berpemandu laser.
Arab Saudi Mengecam
Raja Arab Saudi, Raja Salman itu menyampaikan bahwa langkah Tel Aviv itu adalah pelanggaran kemanusiaan.
Saudi juga menyerukan komunitas internasional untuk memaksa Israel membuka koridor kemanusiaan yang aman ke Gaza.
"Kami menentang pelanggaran hukum humaniter internasional dari pihak mana pun dan dalam keadaan apa pun," tulis pernyataan itu dikutip Al Jazeera.