TRIBUNNEWS.COM - Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) telah menyusun laporan investigasi yang berisi ratusan kasus kekerasan pasukan Israel terhadap warga Palestina yang ditahan sejak perang dimulai pada 7 Oktober, menurut laporan The New York Times pada hari Minggu (3/3/2024).
Kekerasan tersebut dialami tahanan Palestina, termasuk anak-anak, perempuan dan laki-laki berusia 6 hingga 82 tahun, kata NYT, seraya menambahkan bahwa pihaknya telah melihat rancangan laporan tersebut.
Temuan mereka kemudian dibagikan kepada Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB.
UNRWA menyebut laporan tersebut akan segera dipublikasikan.
UNRWA mewawancarai lebih dari 100 dari 1.002 tahanan Palestina yang dibebaskan kembali ke Gaza bulan lalu.
Mereka yang dibebaskan mengatakan bahwa mereka dipukuli, dilucuti pakaiannya, dirampok, ditutup matanya, dianiaya secara seksual, dan tidak diberi akses terhadap pengacara dan dokter.
Kejadian itu seringkali terjadi selama lebih dari sebulan.
Menurut NYT, laporan UNRWA menggambarkan berbagai perlakuan buruk yang dilaporkan dialami oleh warga Gaza dari segala usia, kemampuan, dan latar belakang di fasilitas penahanan darurat di Israel.
Laporan tersebut menyimpulkan, perlakuan seperti itu digunakan untuk mendapatkan informasi atau pengakuan, untuk mengintimidasi dan mempermalukan, serta untuk menghukum.
Di antara para tahanan, terdapat orang-orang yang menderita penyakit Alzheimer, ketidakmampuan belajar, dan kanker.
Banyak dari mereka yang ditahan, berasal dari Gaza utara yang berlindung di sekolah dan rumah sakit atau setelah mencoba melarikan diri ke selatan.
Baca juga: Seorang Tahanan Palestina Diperintah Israel Sampaikan Pesan untuk Mengungsi, Besoknya Ia Dieksekusi
Sementara tahanan lainnya adalah warga Gaza yang memegang izin untuk bekerja di Israel dan kemudian ditahan oleh pasukan Israel setelah tanggal 7 Oktober.
Banyak rekaman telah dirilis, yang menunjukkan pasukan Israel melakukan penahanan massal terhadap warga Palestina, melucuti pakaian mereka, menutup mata mereka, dan membuat mereka berlutut di tanah.
UNRWA memperkirakan sekitar 3.000 tahanan lainnya masih berada di tahanan Israel tanpa perwakilan hukum.
Laporan yang diberikan kepada UNRWA serupa dengan laporan lain yang diterbitkan oleh kelompok hak asasi manusia lainnya mengenai perlakuan buruk terhadap tahanan Palestina.
Ratusan warga Gaza yang ditahan dalam kampanye militer Israel menghadapi metode penyiksaan termasuk sengatan listrik, rokok dan korek api.
Para tahanan juga dibuat stres dengan pengurangan fasilitas tidur, makanan, dan toilet, menurut investigasi oleh Reuters dan majalah +972.
Pada bulan November lalu, Amnesty International mengatakan pihaknya mendapat laporan tentang kasus-kasus penyiksaan, pelecehan, dan perlakuan merendahkan martabat tahanan Palestina di tahanan Israel sejak 7 Oktober.
Kelompok hak asasi manusia itu mengatakan mereka telah meninjau rekaman video dan gambar yang menunjukkan penyiksaan dan pelecehan lainnya yang dilakukan terhadap tahanan oleh pasukan Israel.
Tindakan ini termasuk pemukulan dan penghinaan terhadap para tahanan, misalnya dengan memaksa mereka menundukkan kepala, berlutut di tanah saat berhitung, dan menyanyikan lagu-lagu Israel.
Israel juga dituduh menggunakan kelaparan sebagai senjata perang dalam perangnya di Gaza.
Human Rights Watch memperingatkan pada bulan Desember lalu bahwa tindakan semacam itu merupakan kejahatan perang.
Update Perang Israel-Hamas
Setidaknya 30.534 warga Palestina telah tewas dan 71.920 orang terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober.
Revisi jumlah korban tewas di Israel akibat serangan Hamas pada 7 Oktober mencapai 1.139 orang, dikutip dari Al Jazeera.
Jumlah anak yang meninggal akibat kekurangan gizi dan perawatan medis yang tidak memadai di Gaza meningkat menjadi 16 anak.
Baca juga: Banyak Pejabat Tinggi Israel Undur Diri, Dikabarkan Buntut Militer Berselisih dengan Pemerintah
Sementara itu, kamera Al Jazeera menangkap pasukan Israel menembaki kerumunan warga Palestina yang menunggu distribusi bantuan di bundaran Kuwait di Kota Gaza, yang merupakan serangan kedua sejak kemarin.
Ketua UNRWA, Lazzarini, mengatakan kepada Majelis Umum PBB bahwa lembaganya berada di wilayah yang belum dipetakan dengan konsekuensi serius terhadap keamanan global dan regional jika pendanaan lebih lanjut tidak diperoleh.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)