TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara Rusia, Dmitry Peskov, mengomentari keputusan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) yang mengeluarkan surat perintah penangkapan dua perwira Rusia terkait perang Ukraina.
Menurut Dmitry Peskov, surat itu tidak sah karena Rusia tidak mengakui pengadilan yang berbasis di Den Haag, Belanda.
ICC menuduh Letnan Jenderal Sergey Kobylash dari armada Penerbangan Jarak Jauh dan Laksamana Viktor Sokolov dari armada Laut Hitam Rusia melakukan kejahatan perang.
ICC mengklaim kedua perwira itu bertanggung jawab untuk mengarahkan serangan terhadap objek-objek sipil yang menyebabkan kerusakan yang tidak disengaja dan berlebihan terhadap warga sipil.
Menurut pernyataan ICC, Sergey Kobylash dan Viktor Sokolov terlibat dalam serangan terhadap infrastruktur listrik Ukraina setidaknya mulai 10 Oktober 2022 hingga setidaknya 9 Maret 2023.
"Rusia bukanlah pihak dalam Statuta Roma yang pertama kali mendirikan ICC, dan tidak mengakui otoritas pengadilan tersebut," kata Dmitry Peskov pada wartawan, Rabu (6/3/2024), dikutip dari The Moscow Times.
Dmitry Peskov mengatakan ini bukan keputusan ICC pertama yang menargetkan pejabat Rusia.
“Kami juga mengetahui bahwa ada berbagai proses tertutup yang sedang berlangsung dan dirahasiakan,” tambahnya.
ICC Ingin Tangkap Vladimir Putin
Pada Maret tahun lalu, ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Komisaris Hak Anak Rusia, Maria Lvova-Belova, karena diduga berpartisipasi dalam deportasi melanggar hukum terhadap anak-anak Ukraina ke Rusia.
Rusia juga menyatakan keputusan itu batal demi hukum, dengan anak-anak telah dievakuasi dari daerah garis depan demi kepentingan keselamatan.
Baca juga: Daftar Hakim ICC yang Diburu Rusia karena Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Terhadap Putin
Pernyataan tersebut menyatakan setiap anak yang berada di wilayah Rusia akan dikembalikan kepada orang tua atau wali sah mereka sesuai permintaan.
Menanggapi keputusan ICC, Rusia membuka penyelidikan kriminal terhadap beberapa jaksa di balik dakwaan tersebut, dengan mengatakan mereka dengan sengaja menuduh orang yang tidak bersalah melakukan kejahatan.
Rusia kemudian memasukkan nama Presiden ICC, Piotr Hofmanski, juga kemudian muncul dalam daftar orang yang dicari Rusia, seperti diberitakan TASS.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)