TRIBUNNEWS.COM – Tak seperti di tahun–tahun sebelumnya, pada Ramadhan kali ini umat muslim di Gaza harus menghadapi Kondisi yang memprihatinkan.
Dimana Keluarga-keluarga di Gaza di tahun ini merayakan Ramadhan di tempat penampungan yang sangat penuh sesak tanpa makanan dan air bersih
Hal ini harus dirasakan masyarakat Gaza imbas tindakan Israel yang memblokir bantuan makanan bagi warga sipil Gaza.
“Tahun ini kita tidak akan mendapatkan makanan yang biasa kita makan di bulan Ramadhan. Yang kami harapkan di bulan Ramadhan hanyalah gencatan senjata,” ujar seorang anggota staf Islamic Relief di Gaza.
Israel bersikukuh tindakan blokade dilakukan untuk melumpuhkan kekuatan militan Hamas..
Namun akibat aksi pemblokiran akses pangan kini jutaan warga Palestina tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan dengan baik.
Tak hanya itu, akibat aksi pemblokiran yang dilakukan Israel, 89 toko roti yang berada di Kota Gaza dan Gaza utara selama beberapa pekan terakhir tidak dapat lagi beroperasi.
Hingga mereka terpaksa menghentikan distribusi program makanan gratis kepada pengungsi.
Imbasnya sebanyak 2,3 juta rumah tangga di jalur gaza menderita kerawanan pangan akibat aksi blokade yang dilakukan militer israel.
Badan Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Med bahkan menggambarkan situasi yang tengah terjadi di Gaza sebagai "perang kelaparan" setelah seluruh penduduk Gaza menghadapi krisis pangan akut.
“Sebelum 7 Oktober, sebanyak 33 persen penduduk menghadapi kerawanan pangan. Kini dapat kami pastikan bahwa 100 persen penduduk sudah menghadapinya,” kata direktur jenderal FAO Qu Dongyu sebagaimana dikutip dari Anadolu.
Baca juga: Gaza Krisis Air Bersih, Pengungsi Terpaksa Minum Air Bekas Cuci Piring demi Bertahan Hidup
Keluarga di Gaza Konsumsi Kaktus dan Pakan Hewan
Kondisi Gaza yang semakin memprihatinkan, memaksa para pengungsi harus putar otak mencari bahan pangan pengganti demi bisa bertahan hidup.
Seperti Marwan al-Awadeya dan keluarganya asal Gaza Utara yang terpaksa memakan kaktus jenis pir berduri untuk mengusir rasa lapar, di tengah ancaman krisis pangan.
Tak hanya batang kaktus saja yang dikonsumsi, Marwan dan beberapa warga lainnya juga turut menghaluskan bagian daun kaktus yang berduri agar bisa di konsumsi anak dan sanak keluarganya.