TRIBUNNEWS.COM - Kekacauan tengah terjadi di Haiti, sebuah negara di Kepulauan Karibian yang berbatasan dengan Republik Dominika.
Geng kriminal yang bahkan lebih kuat dari pasukan keamanan negara tersebut, telah menyerang penjara dan bandara serta merebut ibu kota, Port-au-Prince, CBS News melaporkan.
Toko-toko dan sekolah tutup serta sekitar 15.000 orang mengungsi.
Pada hari Rabu (6/3/2024), pejabat tinggi hak asasi manusia PBB memperingatkan bahwa situasi di Haiti “sangat tidak dapat dipertahankan”.
Ia menyebut, lebih dari 1.190 orang telah terbunuh sejak awal tahun 2024 saja.
Namun kekacauan dan pertumpahan darah telah terjadi jauh sebelumnya di negara yang terbilang miskin itu.
Upaya internasional untuk mengirimkan bantuan sejauh ini belum membuahkan hasil.
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, menyerukan pengerahan segera pasukan keamanan multinasional untuk mendukung polisi dan militer Haiti yang terkepung.
Berikut adalah penjelasan bagaimana Haiti mengalami kekacauan.
1. Apa yang terjadi baru-baru ini di Haiti?
Mengutip CBS News, gelombang kekerasan besar terbaru terjadi pada 29 Februari 2024 ketika Perdana Menteri Haiti, Ariel Henry terbang ke Kenya untuk mendorong pengerahan pasukan polisi yang didukung PBB untuk membantu memerangi geng-geng di negaranya.
Tembakan keras kemudian bergema di seluruh ibu kota.
Pemimpin geng terkemuka Jimmy "Barbecue" Cherizier mengumumkan bahwa kelompoknya, G9, bergabung dengan geng lain untuk memaksa Henry mundur.
Baca juga: Seusai Bobol Penjara, Geng Bersenjata di Haiti Tuntut PM Ariel Henry Mengundurkan Diri
Menteri Keuangan Patrick Boivert, yang menjabat sebagai penjabat perdana menteri Haiti saat Henry tidak ada, mengumumkan keadaan darurat pada Minggu, 3 Maret.
Ia mengatakan para pejabat memberlakukan jam malam untuk mengambil tindakan yang tepat guna mendapatkan kembali kendali atas situasi.