Fatima Shaheen, 70 tahun, yang tinggal bersama kedua putranya dan anak-anak mereka di Gaza utara, mengatakan khubaiza rebus adalah makanan utamanya.
Ia dan keluarganya juga telah mengolah makanan yang dimaksudkan untuk makanan kelinci sebagai tepung.
“Kami sangat ingin mendapatkan sepotong roti,” kata Shaheen.
Sementara itu, bantuan yang diberikan melalui udara baru-baru ini oleh Amerika Serikat dan negara-negara lain, memberikan jumlah bantuan yang jauh lebih rendah dibandingkan pengiriman truk, sehingga hal ini menjadi jarang dan terkadang berbahaya.
UNRWA mengatakan pihak berwenang Israel tidak mengizinkan mereka mengirimkan pasokan ke wilayah utara sejak 23 Januari.
Ketika militer Israel mengatur pengiriman makanan ke Kota Gaza pekan lalu, pasukan yang menjaga konvoi tersebut malah melepaskan tembakan ke arah warga Palestina yang kelaparan.
Sekitar 120 orang tewas dalam penembakan tersebut.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)