TRIBUNNEWS.COM - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus baru-baru ini mengabarkan kondisi memprihatinkan anak-anak di Gaza Utara.
Mereka yang merupakan korban perang Gaza dalam konflik Palestina dan Israel disebut tengah sekarat karena kelaparan.
Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Senin (4/3/2024) pun mengaku prihatin, seperti dikutip dari media Turki, Yeni Safak.
“Malnutrisi tingkat parah, anak-anak sekarat karena kelaparan, kekurangan bahan bakar, makanan dan pasokan medis, gedung rumah sakit hancur,” tulis Tedros Adhanom Ghebreyesus.
“Situasi di Rumah Sakit Al-Awda sangat memprihatinkan, karena salah satu bangunannya hancur. Rumah Sakit Kamal Adwan adalah satu-satunya rumah sakit anak di utara Gaza, dan kewalahan menampung pasien,” tambahnya.
Ghebreyesus mengatakan kekurangan makanan mengakibatkan kematian 10 anak, dan menambahkan bahwa kekurangan listrik juga menimbulkan “ancaman serius” terhadap perawatan pasien, terutama di area kritis seperti unit perawatan intensif dan unit neonatal.
“Kami mengimbau Israel untuk memastikan bantuan kemanusiaan dapat disalurkan dengan aman dan teratur. Warga sipil, terutama anak-anak, dan staf kesehatan membutuhkan bantuan yang lebih besar segera.”
“Tetapi obat utama yang dibutuhkan semua pasien ini adalah perdamaian. Gencatan senjata,” tambahnya.
Sementara itu, AA melaporkan, sebanyak 13.430 anak-anak telah terbunuh di Jalur Gaza akibat serangan udara dan operasi darat Israel sejak dimulainya perang Israel-Hamas pada 7 Oktober 2023 menurut Kantor Media di Gaza pada Senin.
Laporan tersebut mencatat, 8.900 perempuan terbunuh selama 150 hari, dan 7.000 orang, 70 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, masih berada di bawah reruntuhan atau hilang.
Kantor media mengatakan 364 petugas kesehatan dan 132 jurnalis juga kehilangan nyawa selama periode tersebut.
Baca juga: Israel Sejajar Korea Utara Jadi Negara Paling Terisolasi di Dunia, Pariwisata Mati Imbas Perang Gaza
Sebagai peringatan terhadap meningkatnya kelaparan di Gaza, kantor tersebut mengatakan Israel telah mencegah masuknya makanan dan pasokan bantuan dan bahkan menargetkan kendaraan bantuan yang mencoba mencapai wilayah tersebut, yang menyebabkan kematian puluhan orang yang mencari makanan untuk keluarga mereka.
Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober.
Pemboman Israel yang terjadi kemudian telah menewaskan 30.534 orang dan melukai 71.920 lainnya dengan kehancuran massal dan kekurangan bahan-bahan kebutuhan pokok.