Investigasi Media Inggris Ungkap Tentara Israel Edit Rekaman Udara Tragedi Tepung Berdarah Warga Palestina
TRIBUNNEWS.COM - Tak lama setelah Tragedi Tepung Berdarah (Flour Massacre), pasukan pendudukan Israel merilis rekaman udara yang menyatakan kalau warga Palestina yang tewas karena "terinjak-injak' waktu berebut bantuan saat truk pengangkut tiba di lokasi.
Namun Investigasi media Inggris, BBC, menemukan kalau rekaman tersebut telah diedit dan tidak ditampilkan secara berurutan, sehingga menimbulkan kecurigaan IDF sangat mungkin menyembunyikan bagian di mana mereka menembaki orang-orang yang berkerumun di Bundaran Nabulsi, Kamis (29/2/2024).
Baca juga: IDF Sudah Tahu Ribuan Warga Palestina akan Kerubungi Bantuan: Terencana, Berondong Peluru Tanpa Ragu
BBC Verify telah meninjau video media sosial, citra satelit, dan rekaman drone IDF untuk mendapatkan “pemahaman komprehensif” tentang informasi mengenai pembantaian tersebut.
Pukul 23.30 (GMT+2)
Rekaman yang dirilis di Instagram pada pukul 23:30 waktu setempat pada tanggal 28 Februari, menunjukkan ratusan pengungsi Palestina berkerumun di sekitar api unggun, menunggu kiriman bantuan kemanusiaan.
Video tersebut menggambarkan orang-orang berkemah di Jalan al-Rashid, yang merupakan jalan pesisir barat daya Kota Gaza.
Kawasan ini belakangan difungsikan sebagai titik distribusi bantuan.
BBC Verify memverifikasi video sebelumnya yang menggambarkan orang-orang berkumpul untuk mendapatkan bagian tepung gandum mereka.
Hal ini memperjelas bahwa kawasan tersebut diakui sebagai tempat berkumpulnya warga Palestina untuk menerima kiriman bantuan.
Pukul 04.00 (GMT+2)
Sekitar pukul 04.00 waktu setempat pada hari Kamis, 29 Februari, konvoi truk yang membawa bantuan dari Mesir terlihat bergerak ke utara di sepanjang Jalan al-Rashid.
Juru bicara utama IOF, Daniel Hagari, melaporkan, sekitar pukul 04:45 waktu setempat, truk-truk dalam konvoi dikepung oleh kerumunan orang saat mendekati bundaran Nabulsi, yang terletak di pinggiran barat daya Kota Gaza, seperti dilansir BBC Verify.
Rekaman IDF Bukan Merupakan Satu Rangkaian Peristiwa