TRIBUNNEWS.COM, GAZA - Warga dan terutama anak-anak Gaza, Palestina, benar-benar membutuhkan makanan saat ini.
Sebuah video yang diposting Al Jazeera, Selasa (12/3/2024), memperlihatkan beberapa orang berebut bantuan makanan dari sebuah lahan yang luas.
Dari video itu juga menunjukkan anak-anak Palestina mengumpulkan makanan yang tumpah dari tanah setelah bantuan turun di Gaza utara.
Pilu di Bulan Ramadan
Bagi warga Palestina di Gaza, Ramadan 2024 akan dijalani dengan penuh kepiluan.
Serangan dan bombardir Israel di wilayah tersebut membuat kemeriahan dan kebahagiaan bulan suci Ramadan di Gaza semakin menghilang.
Hal itu dirasakan oleh Hanaa Al-Masry, warga Palestina yang dipaksa meninggalkan rumahnya di Khan Younis, 70 hari lalu.
Ia, suami dan enam anaknya harus bersiap menjalani Ramadan di rumah barunya, sebuah tenda bobrok di lokasi pengungsian.
Di tempat itu, tidak ada dekorasi, tidak ada makan malam keluarga yang menenangkan.
Keluarga Al-Masry kabur dari Khan Younis setelah menerima selebaran dari militer Israel yang mengatakan akan merelokasi mereka ke tempat aman.
Mereka berhasil sampai ke Rafah, yang berbatasan dengan Mesir, dan kini hidup di kamp penampungan yang penih, tidur dan makan di tengah tumpukan harta benda.
“Putri saya biasa menyimpan uang mereka untuk membeli dekorasi, dan setiap tahun saya memiliki lentera Ramadan,” kata Hanaa Al-Masry, 37 tahun dikutip dari The Guardian, Minggu (10/3/2024).
“Kini semua sulit dan membuat depresi,” tambahnya.
Selain tanpa lentera, pada Ramadan kali ini Hanaa juga tak bisa menyiapkan makanan untuk sahur, dan iftar (berbuka).
Korban Tewas
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza melaporkan serangan Israel telah membunuh 31.184 orang per Selasa (12/3/2024).
Serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 lalu turut menimbulkan 72.889 korban luka.
Dalam kurun 24 jam terkini, operasi militer Israel membunuh sedikitnya 72 orang Palestina dan melukai 129 orang lainnya.
Jumlah kematian akibat malanutrisi dan dehidrasi pun meningkat menjadi 27 orang.
Sebagian besar korban serangan Israel adalah anak-anak dan perempuan. Lebih dari 12.300 anak-anak dan 8.400 perempuan meninggal sejak Israel menyerang Gaza.
Selain itu, lebih dari 8.000 orang masih dinyatakan hilang di Jalur Gaza, kemungkinan tertimbun reruntuhan.
Pasukan Israel terus mengebom Jalur Gaza kendati Mahkamah Internasional/International Court of Justice (ICJ) telah memerintahkan Israel mengambil tindakan sementara (provisional measure) untuk mencegah genosida.
Israel masih mengebom masyarakat Gaza tanpa pandang bulu sejak ICJ membuka sidang perkara genosida pada Januari lalu.
Selain mengepung, pasukan Israel turut membantai warga yang menunggu konvoi bantuan pangan.
Kantor media pemerintah Gaza melaporkan, Israel telah membunuh lebih dari 400 orang yang menunggu bantuan di Bundaran Kuwait, Kota Gaza sejak pembantaian warga yang menunggu truk pengangkut tepung pada akhir Februari lalu.
"Pasukan pendudukan (Israel) bersikeras menyerang mereka yang mencari penghidupan untuk anak-anak mereka karena kelaparan," demikian keterangan kantor media Gaza dikutip Al Jazeera, Selasa (12/3).
Sementara di Tepi Barat, wilayah Palestina lainnya yang diduduki Israel sejak 1967, sekitar 7.555 warga ditahan pasukan pendudukan sejak 7 Oktober 2023, menurut Komisi Urusan Tahanan dan Eks Tahanan serta Masyarakat Tahanan Palestina (PPS).
Angka itu, menurut komisi tersebut dan PPS, mencakup warga Palestina yang masih ditahan Israel dan mereka yang kemudian dibebaskan.
Dilansir kantor berita WAFA, kedua lembaga tersebut mengatakan pasukan Israel terus melakukan kampanye penahanan secara sistematis sejak 7 Oktober.