TRIBUNNEWS.COM - Kapal bantuan pertama yang mengangkut bantuan kemanusiaan ke Gaza telah tiba.
Kapal asal Spanyol itu meninggalkan Siprus pada Selasa (12/3/2024) dengan membawa 200 ton makanan, dan tiba di Gaza pada Jumat (15/3/2024).
Pengiriman ini merupakan uji coba rute bantuan baru melalui laut dari Siprus menuju wilayah Palestina.
Namun ketika kapal tersebut berhasil berlabuh di Gaza, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyetujui rencana serangan terhadap Rafah.
Netanyahu membuat keputusan tersebut setelah pertemuan kabinet perang Israel untuk membahas proposal baru dari Hamas untuk gencatan senjata.
Dikutip dari The Guardian, dalam proposal tersebut, Hamas memberikan tawaran untuk membebaskan sandera perempuan Israel, anak-anak, orang tua, dan orang sakit sebagai tahap pertama.
Proposal tersebut, yang muncul setelah perundingan terhenti selama sekitar 10 hari, tampaknya memungkinkan penghentian permusuhan secara definitif.
Kantor Netanyahu menggambarkan tuntutan baru tersebut sebagai "tidak realistis", namun mengatakan bahwa delegasi Israel akan berangkat ke Qatar.
Para pengamat mengatakan pengumuman baru tentang rencana menyerang Rafah mungkin dimaksudkan untuk memberikan tekanan pada Hamas selama pembicaraan.
Kantor Netanyahu mengatakan tentara Israel sedang mempersiapkan "masalah operasional" dan evakuasi penduduk sipil dari Rafah. Tidak ada batas waktu yang diberikan untuk serangan tersebut.
Diperlukan waktu berminggu-minggu untuk mempersiapkan kekuatan besar yang diperlukan untuk menghadapi beberapa ribu militan Hamas yang menurut para pejabat Israel bermarkas di Rafah.
Baca juga: Politikus AS: Netanyahu Harus Disingkirkan Demi Tercipta Perdamaian di Israel, Gaza, dan Tepi Barat
Presiden AS, Joe Biden menyebut serangan terhadap Rafah sebagai "garis merah" jika dilakukan tanpa tindakan pencegahan yang memadai untuk melindungi warga sipil.
Hanya sedikit pengamat yang yakin dengan janji pejabat militer Israel untuk menciptakan zona terlindungi untuk melindungi sejumlah besar warga sipil yang akan dievakuasi dari kota tersebut sebelum terjadinya serangan.
Para pejabat di Israel telah berulang kali mengatakan bahwa menghancurkan sisa pasukan Hamas di Rafah adalah hal yang penting untuk mencapai tujuan perang mereka.