"Dia (Mustafa) dipersenjatai dengan agenda nasional dan bukan dengan agenda palsu yang tidak membawa apa-apa selain kesengsaraan bagi rakyat Palestina dan tidak memberikan manfaat apa pun bagi mereka," terang pernyataan Fatah.
Juga, Fatah dengan sinis menanyakan "apakah Hamas akan bersedia melakukan hal tersebut?".
Sebaliknya, Fatah menyebut bahwa Hamas “menunjuk seorang perdana menteri dari Iran, atau membiarkan Teheran menunjuk seorang perdana menteri untuk Palestina".
Fatah juga bertanya-tanya mengapa mereka dan keluarga mereka (kelompok Hamas) meninggalkan Gaza dan membiarkan rakyat Palestina menghadapi “perang pemusnahan yang brutal” tanpa perlindungan apa pun.
Dikutip dari France24, kontrol atas wilayah Palestina telah terbagi antara Otoritas Palestina yang dipimpin Abbas di Tepi Barat dan Hamas di Jalur Gaza sejak 2007.
Para analis mengatakan kedekatan Mustafa dengan Abbas akan membatasi peluang reformasi besar-besaran di Otoritas Palestina.
Amerika Serikat dan negara-negara lain telah menyerukan reformasi Otoritas Palestina untuk mengambil alih seluruh wilayah Palestina setelah perang berakhir.
Namun pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak rencana kedaulatan Palestina pascaperang.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)