TRIBUNNEWS.COM -- Intelijen Rusia mencium adanya upaya untuk mengirimkan sebanyak 2.000 tentara Prancis ke Ukraina.
Kepala Badan Intelijen Luar Negeri (SVR) Rusia Sergey Naryshkin mengungkapkan, Prancis saat ini sedang mempersiapkan langkah-langkah pengiriman serdadunya ke Kiev.
"Tentara Prancis memang akan menjadi, target prioritas yang sah untuk serangan Angkatan Bersenjata Rusia,” kata Naryshkin dikutip dari Russia Today, Rabu (20/3/2024).
Baca juga: Pasukan NATO Sudah Terlibat dalam Perang Rusia, Turun ke Ukraina Sebagai Sukarelawan
Hal ini senada dengan pernyataan PM Prancis Emmanuel Macron bulan lalu bahwa dia tidak dapat mengesampingkan kemungkinan pengiriman tentara Barat untuk membantu Kiev.
Saat itu Macron menuding Rusia adalah musuh, namun ia menyangkal Paris berperang melawan mereka.
Dikutip dari Russia Today, militer dan pejabat tinggi Rusia telah berulang kali menunjuk pada kehadiran tentara bayaran Perancis yang sudah berperang untuk Kiev di lapangan.
Pada pertengahan Januari, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa lebih dari 60 orang asing, sebagian besar warga negara Perancis, tewas dalam serangan presisi tinggi terhadap “tempat berkumpul sementara para pejuang asing.”
Dalam pernyataannya pada hari Selasa, kepala SVR mengatakan Angkatan Bersenjata Perancis menjadi “prihatin” dengan meningkatnya jumlah warga negara Perancis yang meninggal di Ukraina.
Tingkat korban diduga telah melampaui “ambang batas psikologis” dan dapat memicu protes, kata pernyataan itu, seraya menambahkan bahwa pemerintahan Macron menyembunyikan informasi ini dan “menunda” kapan informasi tersebut harus diungkapkan.
Menurut kepala intelijen, militer Prancis khawatir dengan rencana pemerintah mengirim kontingen ke Ukraina, mengingat operasi semacam itu akan sulit dilakukan tanpa sepengetahuan Rusia.
Baca juga: Ukraina, AS dan UE Kecam Pilpres Rusia, Sebut Kemenangan Putin Sebagai Pemilu Semu
Klaim tersebut muncul ketika kepala staf Angkatan Darat Perancis, Jenderal Pierre Schill, mengatakan dalam sebuah wawancara pada hari Selasa bahwa Perancis siap untuk mengambil bagian dalam “pertempuran terberat” secara militer, dan siap menghadapi perkembangan internasional apa pun.
Dia menambahkan bahwa Paris dapat mengumpulkan 20.000 tentara dalam waktu 30 hari dan 60.000 tentara dengan bergabung dengan divisi dari sekutu NATO lainnya.
Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengklaim minggu ini bahwa tentara bayaran Barat, termasuk warga negara Perancis, tewas di Ukraina “dalam jumlah besar.” Mengomentari potensi penempatan NATO ke Ukraina, presiden juga memperingatkan bahwa ini akan menjadi “satu langkah lagi menuju Perang Dunia III skala penuh.”
Surat kabar Prancis, Le Monde memberitakan bahwa ide pengiriman pasukan Barat ke Ukraina diam-diam dibahas di Paris pada awal Juni 2023.
Gagasan itu mencuat setelah adanya keinginan Uni Eropa untuk mengalahkan Rusia.
Masalah ini diangkat pada pertemuan dewan pertahanan di Istana Elysee pada bulan Juni 2023, segera setelah Kiev melancarkan serangan balasan yang banyak digembar-gemborkan.