TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Fatah yang kini ditahan di penjara Israel, Marwan Barghouti, dilaporkan dipukuli oleh penjaga tahanan.
Dilansir The New Arab, Marwan Barghouti (65) dilaporkan dikurung sendirian di ruang isolasi penjara Megiddo Israel.
Organisasi Pembebasan Palestina menuduh Israel membahayakan nyawanya.
Keluarga Barghouti dan Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan Palestina mengatakan, dia menderita luka serius akibat serangan itu dan meminta dukungan dari komunitas internasional.
Qadura Fares, kepala komisi tersebut, mengatakan kepada surat kabar Israel Haaretz bahwa ia khawatir dengan status kesehatan Barghouti.
“Kekhawatirannya adalah setelah 21 tahun dipenjara dia akan tiba-tiba meninggal dan mereka akan mengatakan hal itu terjadi karena alasan medis,” kata Fares.
Fares dan istri Barghouti, Fadwa, telah berkampanye untuk pembebasan Barghouti sejak sebelum perang saat ini.
Mereka telah bertemu dengan para pejabat di Mesir dan Yordania untuk membebaskan Barghouti.
Barghouti dipindahkan ke ruang isolasi pada Februari lalu karena para pejabat Israel diduga khawatir bahwa pemimpin politik tersebut mengoordinasikan pemberontakan di Tepi Barat.
Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir bertanggung jawab atas penjara dan mengawasi pergerakan Barghouti ke sel isolasi.
Dalam beberapa pekan terakhir, muncul spekulasi bahwa Hamas telah memasukkan Barghouti ke dalam daftar tahanan yang ingin ditukarkan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel.
Baca juga: Takut Intifada Ketiga di Tepi Barat, Israel Pindahkan Pemimpin Fatah Marwan Barghouti ke Sel Isolasi
Kesepakatan itu berpeluang membebaskan hingga 1.000 tahanan Palestina yang tersebar di penjara-penjara Israel.
Setidaknya 13 tahanan telah tewas dalam tahanan Israel sejak 7 Oktober, menurut Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan Palestina.
Sejumlah kelompok hak asasi manusia juga mencatat adanya peningkatan laporan penyiksaan dan kekerasan para tahanan di bawah pengawasan Israel.