“Saya pikir ini merupakan perubahan dalam pernyataan bahwa gencatan senjata tidak bergantung pada kesepakatan tertentu,” kata diplomat itu.
Pada hari Jumat, Duta Besar AS Linda Thomas-Greenfield mengatakan kepada dewan bahwa teks resolusi, gagal mendukung diplomasi sensitif di kawasan.
Menurutnya, yang lebih buruk lagi, hal ini bisa memberikan Hamas alasan untuk meninggalkan perjanjian yang telah disepakati.
“Kita tidak boleh mengambil resolusi apa pun yang membahayakan perundingan yang sedang berlangsung,” katanya.
Ia juga memperingatkan bahwa jika diplomasi tidak didukung, “kita mungkin akan menemui jalan buntu lagi.”
“Saya sangat berharap hal itu tidak terjadi,” lanjut Thomas-Greenfield.
Sebagai informasi, AS telah memveto tiga resolusi yang menuntut gencatan senjata di Gaza, yang terbaru merupakan resolusi yang didukung Arab pada 20 Februari 2023.
Resolusi tersebut didukung oleh 13 anggota dewan dengan satu abstain, yang mencerminkan besarnya dukungan terhadap gencatan senjata.
Baca juga: Negara-negara Arab Serukan Dukungan Penuh terhadap Resolusi Baru DK PBB
Sementara, Rusia dan China memveto resolusi yang disponsori AS pada akhir Oktober, yang menyerukan penghentian sementara pertempuran untuk menyalurkan bantuan, perlindungan warga sipil, dan penghentian mempersenjatai Hamas.
Mereka mengatakan hal itu tidak mencerminkan seruan global untuk gencatan senjata.
Rusia dan China kembali memveto resolusi AS pada hari Jumat, dengan menyebutnya ambigu dan mengatakan bahwa resolusi tersebut bukanlah tuntutan langsung untuk mengakhiri pertempuran seperti yang diinginkan sebagian besar negara di dunia.
Update Perang Israel-Hamas
Diberitakan Al Jazeera, pasukan Israel telah mengepung rumah sakit al-Amal dan Nasser di Gaza selatan.
Sementara di Gaza utara, tentara terus melakukan serangan mematikan selama seminggu di kompleks medis al-Shifa.
Setidaknya sembilan warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Deir al-Balah, dan beberapa orang masih terjebak di bawah reruntuhan.