Bank Sentral Israel: Perekonomian Negara Terancam Ambruk Gegara Pengeluaran Gila-gilaan IDF
TRIBUNNEWS.COM - Gubernur Bank Sentral Israel (Bank of Israel), Amir Yaron mengonfirmasi kalau peningkatan belanja anggaran militer Israel membahayakan perekonomian negaranya.
Ekonomi Israel terancam kolaps karena proporsi utang negara pendudukan itu terhadap produk domestik bruto (PDB) nya meroket 1,4 poin persentase menjadi 61,9 persen pada akhir tahun lalu.
Baca juga: Giliran Kota Ashdod Dibombardir Salvo Roket Brigade Al-Qassam, Ekonomi Vital Israel Target Milisi
Setelah menyerahkan laporan tahunan bank tersebut kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Yaron mengatakan pada Minggu (31/3/2024) kalau rasio utang negaranya menuju arah pembengkakan karena tidak diimbangi dengan PDB yang memadai karena besarnya pengeluaran militer demi Perang Gaza, sementara roda ekonomi cenderung berhenti.
“Penilaian pasar bahwa Israel bergerak menuju peningkatan jalur utang dalam jangka menengah dan panjang dapat menyebabkan peningkatan tambahan dalam imbal hasil, devaluasi, dan devaluasi. dan tekanan inflasi,” kata Amir Yaron dilansir Al-Mayadeen.
Baca juga: Kebobolan Rudal Houthi, Separuh Pekerja Pelabuhan Eilat Israel Bakal Kena PHK
Israel diketahui meningkatkan anggaran militernya pada tahun 2024 di tengah kampanye Perang genosida di Gaza, yang kini telah menyebabkan kematian 32.845 orang dan melukai 75.190 lainnya.
Pemerintah telah setuju untuk meningkatkan pengeluaran sebesar 10 miliar shekel (2,7 miliar dolar AS) setiap tahun mulai tahun 2025, meskipun beberapa pihak menyatakan bahwa jumlah tersebut perlu ditingkatkan dua kali lipat untuk tujuan untuk menstabilkan rasio tersebut terletak pada 67 persen di tahun-tahun mendatang.
“Agar pasar dapat menunjukkan toleransi terhadap tingginya defisit sementara selama perang, stabilisasi rasio utang terhadap rasio menjadi prinsip panduannya,” kata Yaron.
Baca juga: Perdagangan Nol, Ekonomi Israel Terjerumus ke Dalam Resesi Cuma dalam Dua Pekan
Devisa Turun, Netanyahu Serukan Produksi Senjata Sendiri
Netanyahu menanggapi laporan tersebut dengan mengatakan kalau Israel perlu menyesuaikan anggarannya terkait situasi perang yang mereka hadapi.
Penyesuaian kebutuhan perang bagi Israel, kata Netanyahu, bisa dilakukan dengan secara mandiri memproduksi senjata.
Pada bulan November, Bloomberg mengatakan dalam sebuah laporan bahwa selama bulan Oktober tahun lalu, cadangan devisa Israel turun sebesar $7,3 miliar (3,7%) menjadi total $191,2 miliar.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh upaya bank sentral Israel untuk menguatkan nilai syikal setelah dimulainya serangan milisi perlawanan Palestinas, Hamas pada tanggal 7 Oktober.
Saham dan obligasi Israel mengalami penurunan yang signifikan karena para pedagang khawatir kalau perang akan meluas ke kawasan.
Sejak dimulainya operasi milisi perlawanan, beberapa negara telah menyerukan boikot produk Israel dan mengusir utusan Israel.
Gerakan global untuk memboikot produk-produk Israel kemungkinan besar akan berdampak buruk pada perdagangan dan sentimen investor, yang akan berdampak pada kinerja ekonomi rezim tersebut.
(oln/almydn/*)