TRIBUNNEWS.COM - Kediaman Perdana Menteri Libya, Abdulhamid al-Dbeibah, di Tripoli menjadi sasaran granat berpeluncur roket pada Minggu (31/3/2024).
Seorang menteri Libya yang berbicara tanpa menyebutkan nama mengatakan kepada Reuters bahwa tidak ada korban jiwa dalam serangan tersebut.
Dalam pesannya kepada Reuters, menteri itu menerangkan bahwa hantaman granat hanya menimbulkan sejumlah kerusakan.
Belum ada rincian lain yang terungkap mengenai insiden ini, Al Jazeera melaporkan.
Berdasarkan kesaksian warga lokal, mereka mengaku mendengar ledakan keras di dekat lingkungan mewah Hay Andalus, daerah kediaman PM Dbeibah.
Kendaraan berat milik pasukan keamanan dikerahkan untuk mengamankan sekitar lokasi.
Situasi di Libya kurang stabil sejak pemberontakan yang didukung NATO pada 2011.
Faksi-fakti di negara di Afrika utara itu telah terpecah pada 2014, dengan pemerintahan yang bersaingsmengatur masing-masing wilayah.
Pemerintahan Persatuan Nasional yang dipimpin Dbeibah dibentuk melalui proses yang didukung PBB pada 2021.
Namun, parlemen di wilayah timur Dbeibah berhenti mengakui legitimasinya pada akhir tahun tersebut setelah upaya yang gagal untuk menyelenggarakan pemilu nasional, sehingga menyebabkan kebuntuan politik yang berkepanjangan.
Profil singkat Abdulhamid al-Dbeibah
Dikutip dari Anadolu, Abdul Hamid Muhammad Dbeibah lahir pada 1958 di Misrata di barat laut Libya.
Baca juga: Banjir Libya, Rumah Wali Kota Derna Dibakar Pengunjuk Rasa
Ia dikenal sebagai pengusaha berpengaruh di bidang konstruksi.
Pria itu merupakan seorang politisi independen yang diterima di kalangan politik Libya.
Setelah revolusi Libya yang menggulingkan rezim Muammar Gaddafi pada Februari 2011, ia memimpin klub sepak bola tertua Libya, Al-Ittihad Club.
Dbeibah mendirikan Gerakan Libya al-Mustakbal (Masa Depan Libya) dan mendapat dukungan dari suku-suku barat.
Ia meraih gelar master di bidang teknik dari Kanada.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)