TRIBUNNEWS.COM - Rumah wali kota di kota Derna, Libya telah terbakar habis oleh pengunjuk rasa.
"Rumah Wali Kota Derna, Abdulmenam al-Ghaithi, telah menjadi pusat kemarahan masyarakat," lapor BBC.
Ratusan orang menuntut jawaban atas bencana banjir yang terjadi pekan lalu.
Demonstran berkumpul pada Senin (18/9/2023) malam di Masjid Sahaba.
Mereka menuntut agar pejabat tinggi di pemerintahan timur Libya diberhentikan.
Kini, seluruh dewan kota Derna pun telah dibubarkan.
Baca juga: Mesir Siapkan Kapal Induk untuk Bantu Korban Banjir di Libya
Unjuk rasa ini adalah yang terbesar sejak banjir melanda, dan ada dugaan bahwa aksi ini mendapat dukungan institusional.
“Lokasi protes, Masjid Sahaba, biasanya ditutup sebagai bagian dari area pengungsian," Claudia Gazzini dari International Crisis Group di Libya mengatakan kepada BBC Newsday.
"Tiba-tiba semua masyarakat ke sana," imbuhnya.
Koresponden BBC menyebut, bisa saja aksi protes ini bukan ledakan kemarahan yang spontan.
Warga mengaku pejabat tidak menyampaikan peringatan terkait bencana ini dan mengklaim mereka pasti sudah mengetahui akan terjadi curah hujan dalam jumlah besar.
Bahkan warga diperingatkan untuk tinggal di rumah, tetapi tidak disuruh mengungsi.
Para pejabat menyangkal hal ini.
Baca juga: PBB Peringatkan Wabah Penyakit Menjadi Krisis Lanjutan setelah Banjir di Libya
Dua Pemerintahan di Libya