TRIBUNNEWS.COM - Seorang komandan senior Garda Revolusi Iran mengatakan tidak akan terburu-buru membalas Israel atas serangan di gedung Konsulat Damaskus.
“Seperti yang dikatakan (Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei), kami akan merespons (Israel), tetapi kami tidak akan bertindak secara emosional atau tergesa-gesa,” kata Komandan Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Alireza Tangsiri, dilansir Al Arabiya.
"Kami bukan tipe orang yang akan menerima pukulan tanpa membalas," tegasnya.
"Pada saat yang tepat, kami akan melakukan pukulan keras, Insya Allah, tetapi kami tidak akan bertindak tergesa-gesa,” kata Tangsiri seperti dikutip kantor berita semi-resmi ISNA.
Israel menyerang Kedutaan Iran di Damaskus, Suriah pada Senin (1/4/2024) kemarin, yang menewaskan tujuh anggota IRGC, dua di antaranya adalah dua komandan senior Garda Revolusi.
Di antara mereka yang tewas dalam serangan konsulat adalah Mohammad-Reza Zahedi.
Zahedi bertanggung jawab mengawasi operasi di Lebanon dan Suriah untuk Pasukan Quds, cabang operasi luar negeri IRGC.
Zahedi adalah komandan Iran berpangkat tertinggi yang terbunuh sejak pembunuhan panglima Pasukan Quds Qassem Soleimani oleh AS pada tahun 2020 di Irak.
Iran telah bersumpah akan membalas serangan mematikan tersebut.
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mohammad Bagheri menegaskan kembali tekad Teheran untuk membalas serangan konsulat.
"Tanggapan Iran bertujuan untuk menimbulkan kerusakan maksimum," ucapnya.
Baca juga: Menlu Iran Tuding AS Sengaja Beri Lampu Hijau pada Israel untuk Serang Gedung Konsulat di Suriah
Sebuah laporan media Iran pada hari Minggu (7/4/2024) mengatakan, Teheran akan menahan diri untuk tidak membalas serangan udara Israel terhadap konsulatnya di ibu kota Suriah, jika perjanjian gencatan senjata tercapai di Gaza.
“Jika Amerika berhasil mengatasi situasi ini, maka ini akan menjadi kesuksesan besar bagi pemerintahan Biden dan kita dapat mengembangkannya,” tulis jurnalis Jadeh Iran, Ali Hashem, pada hari Sabtu, mengutip sumber diplomatik Arab yang tidak disebutkan namanya.
Sebelumnya, Komandan Garda Revolusi Iran, Hossein Salami menyerukan pembalasan kepada Israel pascaserangan terhadap gedung Konsulat.
“Tidak ada tindakan musuh terhadap Republik Islam suci yang tidak terjawab,” kata Salami kepada massa yang berkumpul di Teheran, Reuters melaporkan.
“Runtuhnya (rezim Israel) sangat mungkin terjadi dan sudah dekat,” ucap Salami, dikutip dari Arab News.
Salami menambahkan, bahwa AS “sangat dibenci oleh dunia", ia pun mengkritik Gedung Putih karena mendukung rezim Zionis dan mengutuk tindakan Israel di Gaza.
Ia meramalkan kejatuhan pemerintahan Israel yang tak terelakkan, dan menyatakan bahwa bantuan AS hanya memperpanjang keberadaannya, dikutip dari Al Manar English.
Israel sering melancarkan serangan udara terhadap sasaran-sasaran yang terkait dengan Iran dan pasukan militer Suriah dalam beberapa tahun terakhir.
Teheran lebih sering bungkam dan menahan diri untuk tidak memberikan komentar publik terhadap serangan seperti itu.
Namun, New York Times mengutip empat pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya yang mengakui tanggung jawab Israel atas serangan itu.
Iran, sekutu setia Presiden Bashar al-Assad, telah terlibat aktif dalam konflik Suriah sejak pecah pada tahun 2011, membangun kehadiran militer di negara tersebut untuk mendukung rezim Suriah.
Serangan di Damaskus terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Pada hari Minggu (7/4/2024), penasihat senior Khamenei, Yahya Rahim Safavi memperingatkan bahwa tidak ada lagi Kedutaan Israel yang aman.
Sepekan setelah serangan di Damaskus, Menteri Luar Negeri Iran meresmikan konsulat baru di Ibu Kota Suriah pada Senin (8/4/2024), The New Arab melaporkan.
Seorang koresponden AFP yang meliput pada peresmian tersebut mengatakan, konsulat baru itu terletak tidak jauh dari gedung yang hancur akibat serangan di kawasan kelas atas Mazzeh.
Kawasan itu juga menampung kedutaan asing dan kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) lainnya.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)