TRIBUNNEWS.COM - Aksi negara Iran yang meluncurkan roket dan drone ke Israel pada Minggu (14/4/2024) sekitar pukul 01.45 waktu setempat menjadi sorotan bagi banyak pihak.
Salah satu yang ikut menanggapinya adalah mantan Menteri Luar Negeri Malaysia, Datuk Seri Saifuddin Abdullah.
Sosok yang bertugas sebagai Menteri Luar Negeri Malaysia pada periode 2018 hingga 2022 mengaku memaklumi langkah yang diambil Iran kepada Israel.
Saifuddin yang juga menjadi anggota Partai Bersatu Malaysia ini mengaku aksi Iran bisa dimaklumi sebagai langkah pembelaan diri usai diserang oleh Israel pada awal bulan April 2024 ini.
Seperti yang diketahui sebelumnya, pada 1 April 2024 lalu, Konsulat Iran di Damaskus dihantam gempuran udara Israel yang menewaskan sejumlah perwira militer Iran.
Salah satu yang menjadi korban tewas dalam serangan Israel tersebut termasuk komandan Pasukan Quds, Mohammad Reza Zahedi.
Berdasarkan fakta tersebut, Saifuddin menilai langkah yang diambil Iran kali ini pun sudah tepat.
Hal ini ia sampaikan melalui unggahan akun media sosialnya di X (sebelumnya bernama Twitter) beberapa saat setelah Iran melancarkan serangannya.
Dalam unggahannya, Saifuddin meminta warganet memahami serangan Iran terhadap Israel ini melalui kacamata netral dan mengutamakan kebenaran dan keadilan.
"Kita harus melihat serangan balasan Iran terhadap Israel ini dengan pemahaman kita sendiri yang berpihak pada kebenaran dan keadilan," buka Saifuddin dalam unggahannya.
Saifuddin juga meminta warganet terutama mereka yang tinggal di Malaysia untuk tidak termakan pemberitaan media Barat yang memihak Israel atas serangan tersebut.
Baca juga: Perang Iran-Israel Buat Pasar Kripto Berkontraksi, Bitcoin CS Amblas ke Level Terendah
"Jangan pula terpengaruh oleh naratif Israel dan kekuatan yang mendukungnya, serta negara-negara yang memiliki hubungan dengannya. Allah bersama mereka yang berjuang di jalan yang benar," ujar Saifuddin.
Penjelasan Iran dan Reaksi Israel
Dikutip Tribunnews dari BBC, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran segera mengeluarkan pernyataan ke publik selepas serangan ke Israel dilakukan.
IRGC mengklaim melancarkan serangan yang dinamakan "Operasi Janji Pasti" pada 14 April ini terjadi bukan tanpa alasan.