TRIBUNNEWS.COM, AMMAN - Iran resmi meluncurkan serangan ke Israel, Minggu (14/4/2024) dini hari waktu setempat.
Puluhan rudal dan drone ditembakkan dari dalam wilayah Iran ke arah Israel, demikian diberitakan kantor berita Iran, IRNA.
Sementara di waktu bersamaan, wilayah udara sejumlah negara terpantau "bersih" dari aktivitas udara alias menutup "airspace" mereka.
Yordania dan Israel adalah negara yang terpantau melakukan hal tersebut.
Dari situs Flightradar24, terlihat wilayah udara Yordania dan Israel bersih dari aktivitas penerbangan.
"Yordania telah mengumumkan keadaan darurat, kata berita milik negara Al Mamlaka pada hari Sabtu," di tengah kekhawatiran akan serangan Iran terhadap Israel.
Yordania mengumumkan penutupan sementara wilayah udaranya pada Sabtu malam untuk semua pesawat yang masuk, berangkat, dan transit.
Al Mamlaka juga melaporkan, mengutip otoritas penerbangan yang mengatakan situasinya akan “terus diperbarui dan ditinjau sesuai perkembangan”.
Gangguan dalam lalu lintas udara Yordania mempengaruhi sistem GPS Yordania sehingga mendorong pesawat di wilayah tersebut untuk menggunakan sistem navigasi alternatif, kata Haitham Misto, ketua Komisi Pengaturan Penerbangan Sipil Yordania, kepada Al-Mamlaka.
Sementara, sejumlah maskapai menuju Tel Aviv menangguhkan penerbangan mereka setelah Israel resmi menutup wilayah udara mereka, Sabtu kemarin.
Yordania dan Irak juga telah menutup wilayah udara mereka, menurut berita milik pemerintah Yordania, Al Mamlaka.
Seperti diberitakan sebelumnya, beberapa saat lalu Iran melancarkan serangan pesawat tak berawak besar-besaran terhadap Israel.
Juru bicara IDF Daniel Hagari mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa drone mungkin memerlukan waktu beberapa jam untuk mencapai target yang diinginkan.
Hagari mengatakan Israel mempunyai rencana untuk mencegat drone tersebut.
Serangan tersebut melibatkan puluhan drone dan mungkin juga mencakup rudal, menurut seorang pejabat AS dan seorang pejabat Israel. Keduanya diberikan anonimitas untuk membahas operasi sensitif yang sedang berlangsung.
Serangan yang telah lama dinantikan ini terjadi setelah Israel pekan lalu membunuh seorang perwira senior di kedutaan Iran di Damaskus.
Para pejabat AS dan Israel sebelumnya mengaku telah bersiap menghadapi serangan balasan dari Teheran.
“Sistem pertahanan dan penyerangan Angkatan Udara Israel dalam keadaan siaga, dan puluhan pesawat berada di angkasa – dalam keadaan siap dan siap. Kami sedang melakukan penilaian situasi dengan mitra strategis kami, terutama Amerika Serikat, dan menjaga koordinasi yang erat dengan mereka,” kata Hagari.
Para pejabat AS selama berhari-hari telah berunding dengan rekan-rekan mereka di Israel mengenai serangan yang akan terjadi.
Jenderal Michael Kurilla, kepala Komando Pusat AS, mengunjungi Israel pekan lalu untuk membantu mempersiapkan serangan tersebut.
Dan penasihat keamanan nasional Jake Sullivan berbicara dengan Penasihat Keamanan Nasional Israel Tzachi Hanegbi pada Sabtu pagi.
Gedung Putih mengatakan Presiden Joe Biden telah diberi pengarahan mengenai kejadian tersebut dan akan bertemu dengan para pimpinan Dewan Keamanan Nasional di ruang situasi pada Sabtu malam.
“Serangan ini kemungkinan akan terjadi dalam beberapa jam,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Adrienne Watson dalam sebuah pernyataan.
“Presiden Biden sudah jelas: dukungan kami terhadap keamanan Israel sangat kuat. Amerika Serikat akan mendukung rakyat Israel dan mendukung pertahanan mereka terhadap ancaman dari Iran.”
AS memiliki beberapa kapal perang di kawasan yang mampu melakukan pertahanan udara, baik melacak drone dan rudal serta menembak jatuhnya.
Dua kapal perusak dan sebuah kapal penjelajah saat ini berada di Laut Merah, di mana mereka menembak jatuh drone dan rudal balistik yang diluncurkan oleh pasukan Houthi di Yaman menuju pelayaran komersial.
AS juga baru-baru ini meningkatkan pertahanan udara di Irak, di mana pangkalan-pangkalan AS telah menjadi sasaran milisi yang didukung Iran dengan drone kecil dan rudal.