TRIBUNNEWS.COM – Israel diperkirakan akan melancarkan serangan balasan ke Iran dalam waktu dekat.
Wall Street Journal menyebut perkiraan itu didasarkan pada informasi dari tiga pejabat tinggi di Barat.
Meski serangan balasan itu sudah dekat, Amerika Serikat (AS) yang menjadi sekutu dekat Israel meminta negara Zionis itu untuk untuk mengurungkan niatnya.
“Kami tidak akan ikut serta dalam operasi serangan apa pun terhadap Iran,” kata pejabat AS kepada Wall Street Journal, dikutip dari Times Now News.
Di sisi lain, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut Timur Tengah kini berada dalam situasi berbahaya.
“Warga kawasan itu menghadapi bahanya nyata konflik berskala penuh. Ini saatnya untuk meredakan [situasi] dan melakukan deeskalasi,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Seperti PBB, Uni Eropa dan Group of Seven (G7) juga mendesak dicegahnya eskalasi di Timur Tengah.
Lalu apa yang dipunyai Iran untuk menghadapi potensi serangan balasan Israel?
Seperti Israel, Iran juga mempunyai sistem pertahanan udara. Namun, tentu saja bukan Iron Dome, Arrow, dan David’s Sling seperti milik Israel.
Dikutip dari Fortune, Iran memiliki sistem pertahanan S-300 buatan Rusia. Namun, sistem itu belum battle tested atau banyak teruji dalam pertempuran.
S-300 termasuk dalam keluarga rudal darat ke udara (surface to air missile) dan awalnya dikembangkan oleh Uni Soviet.
Sistem itu pertama kali digunakan pada tahun 1970-am setelah dikembangkan selama satu dasawarsa.
Baca juga: PROFIL Brigjen Hajizadeh, Tokoh Sentral dalam Serangan Rudal Iran ke Israel, Loyalis Ali Khamenei
Reuters mewartakan S-300 memiliki beberapa versi dengan beragam kemampuan teknis dan jangkauan.
Jangkauan paling jauh ialah 150 km. Adapun hulu ledaknya berbobot antara 133 dan 143 kg.