TRIBUNNEWS.COM - Iran memperingatkan Israel bahwa mereka akan respons yang cepat, luas, dan kuat jika Israel melancarkan serangan terhadapnya.
Sementara Israel sedang mempelajari rencana serangan terhadap Iran dan sekutunya, Amerika Serikat (AS), memperingatkan dampak yang akan terjadi di kawasan tersebut.
Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir Abdollahian mengatakan, Iran memperingatkan AS tentang risiko serangan yang lebih luas dan keras dari Iran jika Israel mengulangi serangannya terhadap Iran.
"Jika entitas Israel melakukan serangan apa pun, respons kami akan lebih cepat, lebih kuat, dan lebih luas," katanya, Senin (15/4/2024).
Ia menekankan bahwa Iran tidak ingin meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut.
“Gedung Putih memperingatkan kita dengan jelas bahwa tanggapan Teheran dan tindakan selanjutnya akan tegas, cepat, dan komprehensif jika rezim Zionis mencoba mengulangi serangan teroris terhadap kepentingan dan keamanan Iran," katanya, dikutip dari Maan News.
Iran mengatakan bahwa 1.000 rudal balistik Iran siap menghadapi ancaman apa pun terhadap Israel.
Sebelumnya, Iran meluncurkan serangan balasan ke Israel pada Sabtu (13/4/2024) malam, dengan menembakkan lebih dari 300 drone dan rudal dari wilayahnya, melintasi Yordania menuju situs militer Israel, termasuk pangkalan udara Nevatim.
Serangan itu adalah balasan atas serangan udara Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April 2024, yang menewaskan tujuh anggota Garda Revolusi Iran termasuk Brigjen Mohammad Reza Zahedi.
Israel Menantang Iran Adu Kekuatan Militer
Asisten Menteri Luar Negeri Iran dan kepala perunding dalam urusan nuklir, Ali Bagheri Kani, mengatakan Israel melakukan kesalahan dengan menyerang konsulat Iran di Damaskus
Baca juga: 3 Skenario yang Mungkin Dilakukan Israel untuk Balas Serangan Iran, Termasuk Serang Program Nuklir
“Kesalahan besar yang dilakukan Zionis selama kejahatan mereka di Damaskus adalah bahwa mereka membuka jalan bagi Iran untuk menguji kekuatan militernya," katanya, Senin (15/4/2024).
Menurutnya, Israel harus menerima serangan balasan dari Iran dan tidak seharusnya menyerang Iran lagi.
“Zionis tidak boleh melakukan kesalahan kedua, karena tanggapan Iran akan lebih keras, lebih kuat, dan cakupannya lebih luas kali ini, mereka tidak akan memiliki peluang selama 12 hari," katanya, dikutp dari Daily Beirut.
Ia berpendapat, Israel sedang merencanakan kejahatan baru terhadap Iran setelah Iran membalas serangannya.
“Ketika Iran memutuskan untuk mempertahankan kepentingannya dengan menghukum Zionis, mereka (Israel) juga merencanakan kejahatan mereka di masa depan,” ujarnya.
“Respon Iran akan terjadi dalam waktu kurang dari beberapa detik,” tambahnya.
Israel akan Tanggapi Serangan Balasan Iran
Sebelumnya, Otoritas Penyiaran Israel mengatakan pemerintah Israel sedang membahas upaya untuk menanggapi serangan balasan Iran terhadap Israel pada Sabtu (13/4/2024).
“Netanyahu memberi tahu para menteri Partai Likud bahwa Israel akan menanggapi serangan Iran dengan bijak,” katanya, Senin (15/4/2024).
Setelah serangan Iran, Netanyahu dikabarkan menolak untuk menerima telepon dari para pemimpin negara lain karena takut ditekan untuk merespon serangan itu.
“Kepemimpinan politik dan keamanan Israel memutuskan untuk menanggapi serangan Iran dengan jelas dan tegas. Responnya akan dilakukan dengan cara yang dapat diterima oleh AS dan tidak akan menyebabkan wilayah tersebut menjadi sasaran serangan Iran atau terlibat dalam perang” lapor Channel 12 Israel.
Hubungan Israel dan Iran
Hubungan Israel dan Iran memburuk setelah revolusi Iran pada tahun 1979 yang dipimpin oleh Ayatollah Ruhollah Khomenei.
Revolusi tersebut menumbangkan kekuasaan Syah (Raja) Iran, Mohammad Reza Shah Pahlavi, yang merupakan sekutu Amerika Serikat (AS) dan mitra Israel.
Setelah revolusi Iran, Israel menuduh Iran yang menerapkan kebijakan anti-Israel, telah mendanai front perlawanan seperti Hamas, Jihad Islam Palestina (PIJ), Hizbullah, kelompok perlawanan Irak, Lebanon, dan Suriah untuk melawan Israel, sebuah tuduhan yang dibantah Iran.
Ketegangan Iran dan Israel baru-baru ini terjadi di tengah perang Israel dan Hamas di Jalur Gaza.
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza setelah operasi Banjir Al-Aqsa yang diluncurkan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi 33.797 jiwa dan 76.465 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (16/4/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Xinhua News.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel