TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Inggris, David Cameron, mengatakan jelas bahwa Israel telah mengambil keputusan untuk menanggapi serangan pesawat tak berawak dan rudal balistik Iran.
Iran diketahui melancarkan serangan lebih dari 300 drone dan rudal ke Israel pada Sabtu (13/4/2024).
Serangan Iran tersebut diluncurkan sebagai tanggapan atas serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus pada Senin (1/4/2024).
Mengenai keputusan Israel itu, David Cameron berharap hal ini dilakukan dengan cara meminimalkan eskalasi.
“Jelas Israel mengambil keputusan untuk bertindak,” ujarnya kepada wartawan di Israel, Rabu (17/4/2024), dilansir The Times of Israel.
“Kami berharap mereka melakukan hal ini dengan cara yang sesedikit mungkin meningkatkan masalah ini," jelasnya.
Cameron menambahkan, Inggris ingin melihat sanksi terkoordinasi terhadap Iran.
“Mereka perlu diberi pesan yang jelas dan tegas oleh G7,” imbuhnya.
AS akan Jatuhkan Sanksi Terhadap Iran
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) mengatakan akan menjatuhkan sanksi yang ditujukan terhadap program rudal dan drone Iran serta Garda Revolusi dan kementerian pertahanan dalam beberapa hari ke depan.
AS mengharapkan sekutu-sekutunya untuk mengikuti langkah yang sama, setelah serangan udara besar-besaran Teheran terhadap Israel.
Baca juga: Video Kapal Rudal AS Bertengger di Perairan Israel, Sempat Siaga atas Pembalasan Iran?
Penasihat keamanan nasional, Jake Sullivan, membuat pengumuman tersebut pada hari yang sama ketika Jerman mengatakan pihaknya memperkirakan sanksi Uni Eropa akan diterapkan.
Negara-negara sekutu tersebut bergegas menghukum Iran secara ekonomi sambil mendesak Israel untuk tidak melancarkan pembalasan militer yang dapat memicu perang habis-habisan.
Sullivan juga mengatakan, sistem pertahanan udara dan peringatan dini regional akan diperluas untuk membantu mempertahankan diri dari serangan di masa depan.
Di sisi lain, Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menyerukan penurunan eskalasi segera permusuhan selama percakapan telepon dengan Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian, dikutip dari The Guardian.