Eks-KSAU Israel: Iran Superpower Soal Rudal dan Drone Tapi Lembek Soal Pertahanan
TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah pakar militer Israel meyakini kalau negaranya tidak akan mengalami kesulitan dalam mencapai sasaran di wilayah Iran jika negara pendudukan tersebut memutuskan untuk membalas secara langsung.
Serangan balik Israel ini diyatakan akan segera dilakukan sebagai balasan atas serangan drone dan rudal Iran yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Sabtu malam.
Baca juga: Israel Mau Serang Balik Iran, Rusia Turun Tangan Bekali Teheran Arhanud Canggih dan Jet Sukhoi-35
Keyakinan kalau Israel akan secara mudah menyasar target di Iran itu mengacu pada kekuatan angkatan udara Teheran yang sudah ketinggalan zaman.
Brigadir Jenderal (reserve) Zvika Haimovich, mantan kepala Pertahanan Udara Israel Air Forces (Angkatan Udara Israel/IAF) mengatakan, sistem pertahanan udara dalam negeri Israel saat ini masih berbasis pada model lama Rusia.
"Iran adalah “negara adidaya dalam rudal balistik taktis dan UAV,” katanya, dilansir Times of Israel, Kamis (18/4/2024).
Haimovich menambahkan, jika Iran adalah jagonya drone dan rudal, tapi tidak dengan sistem pertahanan udaranya.
Baca juga: Siap Balas Jika Israel Incar Nuklir Iran, Jenderal IRGC: Fasilitas Nuklir Zionis Sudah Kami Tandai
Dia merinci, lembeknya pertahanan udara Iran sebagian besar dibangun dengan menggunakan sistem rudal anti-pesawat S-200 dan S-300 Rusia atau serangkaian produk setara yang diproduksi secara lokal seperti Bavar-373, Khordad, Raad, Sayyad dan Talash.
Artileri pertahanan udara (Arhanud) Iran ini, kata dia merupakan sistem persenjataan anti-pesawat udara yang sama tuanya dengan pesawat-pesawat tempur Amerika Serikat dn Rusia buatan tahun 70-an.
"Beberapa di antaranya berasal dari era Shah Mohammed Reza Pahlavi tahun 1970-an," kata dia.
Sistem Arhanud serupa, tambahnya, juga dikerahkan di Suriah sejak tahun 2015 yang biasa dihadapi Angkatan Udara Israel, sehingga memberikan pilot Israel pengalaman bertahun-tahun dalam menanganinya.
“Angkatan Udara dan Angkatan Udara Koalisi kami terbang di lingkungan ini. Mereka tahu cara menangani sistem ini secara efektif,” kata Haimovich.
“Saya akan memberi mereka rasa hormat, tapi itu bukan tantangan utama dalam menghadapi Iran,” katanya soal apa tantangan utama Israel jika menyerang Iran.
Bisakah Bom Israel Menembus Bunker Iran?
Soal itu Sidharth Kausha, seorang peneliti di Royal United Strategic Institute di London, mengatakan tantangan utama bagi Israel mungkin bukan menghindari rudal permukaan-ke-udara Iran, namun apakah mereka berhasil menyerang pangkalan militer di Iran barat dan selatan yang membutuhkan penggunaan kekuatan bom tembus.
Ini merujuk pada dugaan kalau fasilitas-fasilitas sensitif militer Iran tersembunyi di bawah tanah.
Kausha mengatakan pesawat Israel, seperti jet siluman F-35, mungkin mudah menghindari jaringan pertahanan udara Iran, tapi biasanya jeti ini cuma bisa membawa persenjataan yang kecil.
"Untuk menyerang target yang terkubur dalam, mungkin diperlukan amunisi yang lebih besar, yang berarti amunisi tersebut mungkin harus dibawa secara eksternal dengan pesawat seperti F-16 – sehingga lebih mudah dideteksi oleh radar," katanya.
Baca juga: Netral Ala Arab Saudi-UEA: Larang AS-Israel Pakai Wilayah Udara, Berbagi Info Intelijen Soal Iran
Demi keamanan, dia menyarankan pilot Israel untuk meluncurkannya dari jarak yang lebih jauh.
“Jaringan pertahanan udara Iran tentu saja tidak bisa ditembus oleh pesawat-pesawat ini, namun hal ini meningkatkan risiko kerugian dan kapasitas Iran untuk, setidaknya secara teori, mencegat beberapa amunisi yang datang meningkat,” katanya.
Iran meluncurkan lebih dari 300 drone dan rudal ke Israel semalaman dari Sabtu hingga Minggu pagi, sebagai pembalasan atas dugaan serangan udara Israel terhadap apa yang dikatakan Teheran sebagai gedung konsulat Iran di Damaskus.
Israel dan sekutu-sekutunya mengklaim menembak jatuh sebagian besar drone dan rudal dan serangan tersebut hanya menyebabkan satu orang cedera, namun kekhawatiran akan pembalasan Israel tetap memicu ketakutan akan perang regional yang besar-besaran.
(oln/toi/*)