TRIBUNNEWS.COM - Situasi Israel dan Iran kian memanas setelah Zionis berencana melakukan serangan balasan ke Teheran.
Merespons hal itu, komandan senior Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran menyarankan agar Iran memperhitungkan kebijakan tanpa nuklir di tengah ancaman Israel.
Dikutip dari Al-Arabiya, isyarat ini disampaikan oleh komandan IRGC, Ahmad Haghtalab pada Kamis (18/4/2024).
Ahmad mengatakan, ancaman Israel terhadap fasilitas nuklir Iran dapat mendorong peninjauan kembali.
Terlebih, potensi perubahan dalam kebijakan nuklir Iran dapat dilakukan.
“Terhadap fasilitas nuklir Iran memungkinkan untuk merevisi dan menyimpang dari kebijakan dan pertimbangan nuklir yang dinyatakan,” kantor berita semi-resmi Tasnim mengutip pernyataan Haghtalab.
Iran menyatakan, program nuklirnya yang merupakan sumber ketegangan jangka panjang dengan negara Barat semata untuk tujuan damai.
Sementara serangannya terhadap Israel pada Minggu (14/4/2024) diklaim untuk mempertahankan diri.
Penyebabnya, Israel disebut lebih dulu menyerang konsulat Teheran di Suriah hingga menewaskan turuh perwira IRGC.
Seusai operasi militer itu, Iran memperingatkan agar Israel tak meluncurkan serangan balasan.
Apabila hal itu terjadi, Iran disebut akan melakukan serangan kembali dengan jangkauan lebih besar.