Jerusalem Post: Persiapan Perang Besar, Israel Timbun Jutaan Liter Bahan Bakar di Gurun Negev
TRIBUNNEWS.COM - Surat kabar Israel berbahasa Ibrani, Jerusalem Post pada Kamis (18/4/2024) melaporkan kalau Israel secara diam-diam telah meresmikan fasilitas penyimpan cadangan bahan bakar.
Fasilitas penyimpanan itu dilaporkan dapat menyimpan jumlah bahan bakar yang sangat besar sebagai antisipasi situasi krisis merujuk eskalasi yang dihadapi Israel di multi-front.
Baca juga: Media Israel: Rudal Jarak Jauh dari Jet F-35 IDF Hantam Situs Radar Fasilitas Nuklir Rahasia Iran
Israel diketahui tengah menjalani perang Gaza melawan gerakan-gerakan pembebasan Palestina, menghadapi rongrongan milisi perlawanan lintas-teritorial dari Lebanon (Hizbullah), Irak, Suriah, serta Yaman (Houthi).
Belakangan, Israel menambah lagi beban pertempurannya dengan menghadapi musuh besarnya di kawasan, Iran.
Baca juga: Situs Radar Nuklir Disebut Kena Rudal Israel, Menlu Iran: Balasan Kami Berikutnya di Level Maksimum
Atas kondisi tersebut, Israel dilaporkan menyiapkan 'skenario yang paling menantang', bahwa negara pendudukan itu menghadapi perang besar-besaran secara multifront.
Sebagai persiapan, fasilitas penyimpanan bahan bakar dalam jumlah berlimpah dibangun yang lokasinya -menurut laporan media Israel, berada di bawah tanah jauh di Gurun Negev.
Dikutip Khaberni, Jerusalem Post menggambarkan fasilitas penyimpanan bahan bakar tersebut sebagai fasilitas yang paling unik di seluruh Timur Tengah.
Baca juga: Lagi, Pundi Uang Israel Dihajar Serangan, Kilang Minyak Haifa Dihantam Drone Milisi Perlawanan Irak
Kemampuan Fasilitas Penyimpanan
Surat kabar tersebut mengutip pernyataan Direktur Eksekutif Direktorat Infrastruktur Energi Israel, Moshe Kaltzin, yang mengatakan fasilitas mampu menampung jumlah bahan bakar yang diperlukan bagi kebutuhan domestik Israel dalam jangka panjang.
“Di fasilitas tersebut, kami mendistribusikan bahan bakar ke setiap sudut negara. Kami dapat merespons perkembangan dalam beberapa jam. Kami memiliki jutaan liter bahan bakar yang disimpan dan ini cukup bagi kami dalam jangka panjang,” katanya.
Surat kabar tersebut menekankan, kalau menurut “skenario dukungan” (Contingency plan) – yang disusun oleh Otoritas Darurat Israel – selama perang, listrik diperkirakan akan padam hingga 48 jam, di 60 persen wilayah Israel.
Pertempuran di Front Utara
Surat kabar tersebut secara khusus mencontohkan situasi terburuk yang bisa saja dihadapi Israel saat memutuskan perang secara penuh ke Lebanon.
Laporan itu mengindikasikan kalau selama konfrontasi di arena utara, fasilitas gas Israel akan ditutup dan pasokan listrik akan beralih ke sumber tenaga berbahan bakar solar, bensin, dan batu bara.
"Jumlah (bahan bakar dan batu bara) di fasilitas penyimpanan diperkirakan cukup untuk kebutuhan sehari-hari. perpanjangan masa darurat," ungkap laporan tersebut.
Menurut surat kabar tersebut, sistem cadangan bahan bakar Israel mencakup kemampuan penyimpanan di atas dan bawah tanah di seluruh Israel.
"Bila diperlukan, bahan bakar akan didistribusikan ke seluruh konsumen energi sesuai prioritas," kata laporan itu.
Selain itu, Moshe Elimelech, direktur fasilitas rahasia tersebut, mengatakan: “Jika impor bahan bakar ke Israel berhenti total selama perang atau keadaan darurat, Israel perlu mengelola pasokan listrik menggunakan cadangan yang ada, yang tidak diragukan lagi merupakan tugas yang sulit.”
Elimelech menambahkan, "Bahan bakar ini dapat mencukupi kebutuhan kita selama bertahun-tahun," sambil mencatat bahwa "suhu sepanjang tahun adalah 22 derajat, yang secara efektif menjaga umur bahan bakar ini."
Menteri Energi Israel Bantah Skenario Pemadaman Listrik Selama Bermingu-minggu
Surat kabar itu juga mengutip Menteri Energi Israel Eli Cohen yang mengatakan, "Kami memiliki cadangan energi bawah tanah dan di atas tanah, termasuk gas, batu bara, dan berbagai jenis bahan bakar, dan kami berupaya untuk meresponsnya jika diperlukan."
Menteri Israel menjelaskan kalau"rumor tentang (skenario) pemadaman listrik selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan tidak berdasar, dan kemungkinan terjadinya hal ini sangat kecil."
Pernyataan ini sekaligus membantah laporan media Israel saat mengungkap isi dokumen pemerintah mereka yang menunjukkan, Israel berisiko menghadapi 'situasi pemadaman listrik' akibat perang habis-habisan yang potensial terjadi melawan kelompok Hizbullah Lebanon.
Sebuah laporan menyebut, dokumen itu juga memperingatkan kematian ribuan pasien akibat pemadaman listrik di Israel.
Baca juga: Pertama dalam Sejarah, Israel Buat Sabuk Keamanan di Utara: Hizbullah Bikin Kiryat Shmona Kosong
Situs web media Israel Kan 11 merilis laporan oleh koresponden urusan politiknya, Michael Shemesh, yang mengungkap rekaman Menteri Kesehatan Israel.
Laporan itu memperingatkan tentang skenario yang belum pernah terjadi sebelumnya—pemadaman listrik yang berkepanjangan di seluruh wilayah, situasi yang belum pernah dialami oleh Israel.
Laporan tersebut menyatakan, kalau hal ini masuk dalam skenario referensi dari Otoritas Darurat Israel yang masuk dalam bagian kontijensi kegawatdaruratan perang.
Baca juga: Pertempuran Hizbullah vs IDF Sengit di Lebanon Selatan, Permukiman Israel di Utara Kini Kosong
"Itu adalah ikhtisar yang sangat rinci tentang apa yang bisa terjadi di Israel jika perang habis-habisan terjadi di front utara dengan Lebanon.”
Menteri Kesehatan Uriel Buso dan Direktur Jenderal Kementerian, Moshe Bar Siman Tov, mempresentasikan skenario rinci kepada seluruh otoritas Israel pada Selasa (20/2/2024) silam.
Poin utama dari skenario ini dipublikasikan di buletin malam Kan 11.
Seperti dilansir media tersebut, Israel bersiap menghadapi pemadaman listrik berulang kali yang mempengaruhi lebih dari 60 persen wilayahnya, yang masing-masing berlangsung sekitar 48 jam.
Selain itu, gangguan listrik setempat diperkirakan akan berlangsung hingga tiga minggu.
Baca juga: Hizbullah Menggila, Lipat Gandakan Serangan Roket 500 Kg, Pemukim Israel Panik Tanah Berguncang
Puluhan Ribu Pasien Terancam Tewas
Dalam sesi tersebut, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan menyatakan, "Jika setiap orang memenuhi tanggung jawab mereka, jika terjadi skenario pemadaman listrik, kita dapat menghadapi situasi di mana sejumlah besar warga Israel mungkin kehilangan nyawa."
Menurut laporan tersebut, para pejabat senior di layanan darurat Israel sangat prihatin terhadap “pasien yang bergantung pada alat bantu pernapasan buatan dan mereka yang memiliki kondisi pernapasan” jika terjadi pemadaman listrik yang meluas dan berkepanjangan.
Perkiraan mereka menunjukkan bahwa ada sekitar 35.000 pasien dalam kondisi seperti itu.
Laporan tersebut mengungkapkan, Kementerian Kesehatan Israel telah meluncurkan pengadaan generator dalam skala besar yang akan berdampak pada individu yang bergantung pada alat bantu pernapasan buatan dan mereka yang membutuhkan bantuan pernapasan.
Selain itu, kementerian telah mendesak pihak berwenang untuk mendirikan pusat energi dan oksigen.
Langkah-langkah ini bertujuan untuk mencegah runtuhnya sistem layanan kesehatan.
Baca juga: Drone Nyelonong ke Halaman Rumah Petinggi Israel, Hizbullah Temukan Celah Terobos Pertahanan IDF
Situs web Israel itu mengatakan, “Semakin panas suhu di wilayah utara, semakin besar risiko yang dihadapi Israel,”.
Dalam laporannya, ulasan media itu juga berharap kalau “skenario ekstrem ini tidak akan pernah terjadi.”
Dua bulan lalu, media Israel melaporkan pemadaman listrik yang meluas di banyak wilayah Palestina yang diduduki pada tanggal 18 Februari, termasuk di Haifa, Safad, dan Dimona.
Pemadaman listrik, yang juga terjadi pada “Bnei Brak, Petah Tikva, dan Be’er Sheva,” disebabkan oleh “kerusakan teknis” di salah satu pembangkit listrik dan bukan karena serangan siber, demikian klaim outlet berita tersebut.
Media itu juga mencatat kalau 120.000 warga Israel hidup tanpa listrik saat pemadaman listrik terjadi.
Para pejabat Israel sebelumnya telah memperingatkan , dalam perang apa pun yang akan datang, Hizbullah mungkin akan menargetkan kekuatan entitas tersebut, sehingga menyebabkan pemadaman listrik yang berkepanjangan bagi ratusan ribu pemukim.
(oln/khbrn/almydn/*)