TRIBUNNEWS.COM - Gedung Putih menyatakan ketidaksukaannya dengan kata-kata antisemit yang ditujukan kepada demonstran pro-Palestina.
Seperti yang diketahui, protes anti-Israel dan pro-Palestina tengah mengguncang universitas-universitas di Amerika Serikat (AS).
Para demonstran pro-Palestina ini telah dicap oleh pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai antisemit.
Atas pernyataan Netanyahu, Gedung Putih mengutuk bahasa antisemit yang ditujukan kepada para demonstran.
"Kami benar-benar mengutuk bahasa antisemit yang kami dengar akhir-akhir ini dan tentunya mengutuk semua ujaran kebencian dan ancaman kekerasan di luar sana," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada ABC.
"Kami tentu saja menghormati hak untuk melakukan protes damai," ujarnya.
Gelombang demonstrasi dimulai di Universitas Columbia di New York, AS, namun kemudian menyebar dengan cepat ke seluruh negeri.
Ratusan mahasiswa telah ditangkap di berbagai universitas di AS, dan dilaporkan terjadi bentrokan antara demonstran pro-Israel dan pro-Palestina di Universitas California, Los Angeles (UCLA).
Kelompok pro-Palestina di Universitas California telah berkembang dalam beberapa hari terakhir, namun para pengunjuk rasa kontra juga menjadi semakin vokal dan terlihat.
Pada hari Minggu, suasana berubah menjadi buruk ketika beberapa demonstran menerobos penghalang yang dibuat untuk memisahkan kedua faksi.
Orang-orang dari kedua belah pihak kemudian saling dorong dan dorong, meneriakkan slogan-slogan dan hinaan dan dalam beberapa kasus saling bertukar pukulan.
Baca juga: Iran: Demo Pro-Palestina di AS dan Barat Ungkap Kebobrokan Pemerintahnya
Dikutip dari Al Jazeera, polisi kampus yang bersenjatakan pentungan akhirnya memisahkan kelompok tanding tersebut.
Wakil Rektor UCLA, Mary Osako mengatakan universitasnya “patah hati” atas kekerasan tersebut dan telah menerapkan langkah-langkah keamanan tambahan.
"Sebagai institusi pendidikan tinggi, kami berpegang teguh pada gagasan bahwa meskipun kami berbeda pendapat, kami tetap harus saling menghormati dan mengakui kemanusiaan satu sama lain," kata Osako.