Kepala kantor politik Hamas, Khaled Meshaal, mengklarifikasi tujuan gerakan perlawanan tersebut, dengan mengatakan bahwa orang-orang Palestina mencari pembebasan dan kemerdekaan dari negara Israel.
“Barat mengatakan bahwa 7 Oktober telah membuka prospek visi politik, sehingga mereka kembali membicarakan komoditas lama mereka, yaitu solusi dua negara,” kata Meshaal di Ammar Podcast.
Kepala kantor politik tersebut menambahkan, “Perbatasan tahun 1967 mewakili 21 persen wilayah Palestina, yang praktis merupakan seperlima dari wilayahnya, jadi hal ini tidak dapat diterima.”
Palestina ditolak masuk ke PBB sebagai negara anggota melalui veto AS awal bulan ini. Wakil Utusan AS untuk PBB, Robert Wood, membenarkan veto tersebut dengan mengatakan bahwa Washington akan menerima negara Palestina hanya jika dicapai melalui kesepakatan langsung antara Palestina dan Israel.
Mayoritas negara anggota PBB, 140 berbanding 53, mengakui negara Palestina; tambahan terbaru adalah negara kepulauan Jamaika dan Barbados.
(Sumber: The Cradle)