Tawaran Final Buat Hamas, Israel Batal Kirim Delegasi ke Perundingan Gencatan Senjata di Kairo
TRIBUNNEWS.COM - Israel dilaporkan sudah memberikan tanggapan final mereka atas respons gerakan pembebasan Palestina terkait proposal gencatan senjata yang dimediasi Mesir di Kairo dalam beberapa waktu terakhir.
Seorang pejabat senior di Tel Aviv mengumumkan pada Selasa (30/4/2024) kalau Israel memutuskan kalau respons atas ajuan Hamas dalam perundingan tersebut adalah final.
"Israel memutuskan untuk tidak mengirimkan delegasi mereka pergi ke Kairo untuk menyelesaikan negosiasi gencatan senjata dan pertukaran tahanan sebagai bagian dari proposal terbaru tersebut," ungkap laporan Khaberni.
Baca juga: Kepala Intelijen Mesir Datang ke Israel, Minta Penyerbuan Rafah Ditunda, Hamas Mau 1 Banding 50
Pejabat senior tersebut mengatakan, menurut apa yang dilaporkan oleh Radio Tentara Pendudukan, kalau Tel Aviv akan menunggu jawaban pada Rabu malam dan kemudian akan mengambil keputusan.
Sebelumnya, Otoritas Penyiaran Ibrani melaporkan bahwa kalau Israel akan berangkat ke Kairo pada Selasa ini, untuk membahas kesepakatan pertukaran tahanan dengan Gerakan Perlawanan Islam Hamas dan gencatan senjata di Gaza.
Adapun seorang pemimpin Hamas Khalil al-Hayya mengumumkan kalau gerakan tersebut telah menerima tanggapan Israel terhadap ajuan Hamas yang disampaikan kepada mediator Mesir dan Qatar pada 13 April silam.
Hamas mengumumkan bahwa delegasi gerakan tersebut mengunjungi ibu kota Mesir, Kairo, untuk membahas proposal gencatan senjata yang bertujuan untuk gencatan senjata di Jalur Gaza.
Negosiasi antara Hamas dan Israel telah berlangsung selama lebih dari empat bulan sejak pertukaran tahanan terakhir pada November 2023.
Sebelumnya, Hamas mengatakan terbuka dengan usulan baru jika Israel hendak mengajukannya, seperti diberitakan Al Jazeera.
Mesir Optimistis
Reuters mengutip seorang pemimpin gerakan tersebut, yang berbicara tanpa menyebut nama, bahwa delegasi tersebut akan membahas proposal gencatan senjata yang diajukan oleh gerakan tersebut ke Qatar dan Mesir, yang memimpin upaya mediasi, serta membahas respons Israel.
Sumber tersebut menjelaskan bahwa Hamas kemungkinan akan menanggapi usulan terbaru Israel mengenai gencatan senjata bertahap yang diajukan pada Sabtu.
Dalam konteks lain, Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry mengungkapkan optimismenya terhadap usulan gencatan senjata dan pembebasan sandera di Jalur Gaza, seraya menekankan bahwa Mesir menunggu tanggapan atas usulan Israel dan Hamas.
Dalam pernyataan lain, Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken mengindikasikan, “Hamas harus mengambil keputusan, dan harus mengambil keputusan dengan cepat,” dan menambahkan, “Kami berharap Hamas akan membuat keputusan yang tepat.”
Blinken menegaskan: “Hamas mempunyai proposal yang sangat murah hati.”
Invasi Rafah Jika Hamas Tolak Kesepakatan
Sementara media Israel, Walla, melaporkan pejabat senior Israel menjelaskan kepada mediator Mesir bahwa Israel siap memberikan satu kesempatan terakhir untuk mencapai kesepakatan pertukaran.
Namun, jika tidak ada kemajuan, maka Israel akan melancarkan operasi di Rafah.
Media Amerika Serikat (AS), Axios, mengutip para pejabat Israel yang mengatakan mereka memberitahu Mesir untuk memberikan kesempatan terakhir kepada Hamas.
"Israel siap memberikan satu kesempatan terakhir untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas untuk membebaskan para tahanan, sebelum melanjutkan invasi ke kota Rafah di Jalur Gaza bagian selatan," lapor Axios, Sabtu.
“Israel memberi tahu Mesir bahwa mereka serius dalam persiapan melancarkan operasi di Rafah, dan tidak akan membiarkan Hamas melambat,” lanjutnya.
Sementara itu, sekutu dekat Israel, AS, yakin ada upaya baru dari Qatar dan Mesir untuk mencapai kesepakatan antara Hamas dan Israel.
Baca juga: Didesak 18 Negara, Hamas: Suruh Israel Berhenti Perang, Baru Sandera Bisa Dibebaskan
"Ada momentum baru dalam pembicaraan mengenai pelaksanaan kesepakatan pertukaran tahanan," kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, kemarin.
Ia tidak menyebutkan alasan optimismenya terhadap hal itu namun yakin Qatar dan Mesir sedang melakukan yang terbaik.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras untuk melakukan serangan besar-besaran ke Rafah di Jalur Gaza selatan yang dianggap sebagai benteng terakhir Hamas.
Rencana itu tertunda selama perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Sekutu Israel, AS, dan banyak negara mengecam rencana Israel karena khawatir invasi itu akan memperburuk situasi serta berpotensi meningkatkan korban jiwa, di mana terdapat 1,5 juta warga Palestina yang mengungsi ke Rafah.
Jumlah Korban
Dalam kesepakatan sebelumnya, Hamas dan Israel menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Israel memperkirakan, ada kurang lebih 136 sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza.
Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi 34.356 jiwa dan 77.368 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Sabtu (27/4/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Xinhua News.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023).
Sementara itu, ada lebih dari 8.000 warga Palestina yang berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023 lalu.
(oln/khbrn/*)