Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Puluhan anggota Kongres dari Partai Demokrat mendesak Presiden Joe Biden untuk mengambil sikap tegas, menghentikan penjualan senjata ke Israel jika negara Zionis tersebut tidak menghentikan serangan di Gaza.
Desakan tersebut mereka sampaikan lewat surat yang ditandatangani 88 anggota Kongres dan dikirim ke Gedung Putih hari Jumat (3/5/2024).
Mereka meminta Presiden Biden untuk berhenti memasok penjualan senjata dan peralatan tempur ke Israel karena pemerintah Israel sengaja menahan bantuan kemanusiaan serta melakukan tindakan genosida hingga menewaskan lebih dari 34.000 jiwa, sebagaimana dikutip dari Barrons.
Sejumlah negara di luar AS telah lebih dulu menyuarakan dukungan untuk melakukan embargo terhadap Israel, salah satunya Inggris.
Desakan embargo ini dilakukan Partai demokrat Liberal, Partai Nasional Skotlandia (SNP) dan mantan penasihat keamanan nasional Inggris menuntut agar Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak tak lagi menyuplai senjata penting ke Israel.
Senada dengan Inggris, negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) kecuali Albania, juga turut menyerukan gencatan senjata segera dan akses dan bantuan kemanusiaan darurat segera.
Dua negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Belgia dan Italia juga sepakat untuk menghentikan semua ekspor senjata, amunisi perang serta bahan peledak bubuk mesiu ke Israel.
Baca juga: Serius Mau Normalisasi, Arab Saudi Tangkapi Warganya yang Serang Israel di Medsos
Hal serupa juga turut dilakukan perusahaan asal Jepang Itochu Corp yang menyatakan bahwa unit penerbangan mereka akan menghentikan kerja sama dengan perusahaan senjata Israel Elbit Systems Ltd. pada akhir Februari karena perang di Jalur Gaza.
Amerika Jadi Pemasok Utama Senjata Israel
Selama puluhan tahun Amerika Serikat (AS) diketahui menjadi penyokong utama pendanaan militer Israel dalam setiap perang melawan musuh-musuhnya.
Untuk membantu pertahanan Israel, setiap tahunnya negeri Paman Sam ini menyumbangkan bantuan militer senilai 3,8 miliar dolar AS atau setara Rp 60,27 triliun.
Bahkan ketika ketegangan antara Hamas dan Israel berlangsung, AS trrus memberikan ke Tel Aviv dengan memasok 21.000 amunisi peluru artileri berukuran 155 mm, ribuan amunisi penghancur bunker dan 200 drone kamikaze serta bom presisi Spice Family Gliding Bomb Assemblies dengan nilai 320 juta dolar atau setara Rp5 triliun untuk Israel.
Menurut catatan The Washington Post, sejak perang Gaza pecah pada 7 oktober silam, Amerika Serikat setidaknya telah menyetujui 100 perjanjian senjata dengan pendudukan Israel.
AS mengklaim penjualan peluru tank kepada Israel merupakan bentuk dukungan untuk kepentingan keamanan Timur Tengah dari ancaman Hamas. Namun tindakan ini mendapat sorotan negatif dari sejumlah pihak.
Baca juga: Diam-diam, 4 Perusahaan Israel Jual Teknologi Spyware dan Pengawasan Siber ke Indonesia
Para aktivis hak asasi manusia bahkan menyatakan keprihatinannya atas penjualan tersebut, mereka menyebut tindakan Amerika tidak sejalan dengan upaya Washington untuk menekan Israel agar meminimalkan korban sipil di Gaza.
Justru transfer senjata dapat memperparah perundingan damai yang sedang diusahakan.
Australia baru – baru juga dikabarkan menunda pengiriman senjata dan arteri tempur untuk militer Israel. Perdana Menteri Australia Anthony Albanese bahkan mulai terang-terangan mengabaikan permintaan PM Israel Benyamin Netanyahu untuk melakukan persetujuan ekspor senjata dan peralatan militer.
Atas dasar kemanusian, Pemerintah Belanda juga ikut bergabung dengan yang lainnya dengan menghentikan ekspor suku cadang jet tempur F-35 ke Israel.