TRIBUNNEWS.COM - Kelompol Houthi atau Ansarallah di Yaman menyebut Israel terlalu pengecut untuk melawan Iran dengan kekuatan penuh.
Wakil Kepala Urusan Media Houthi, Nasr Al-Din Amer, mengatakan serangan Iran ke Israel beberapa waktu lalu berjalan dengan efektif.
"Serangan itu memiliki dampak besar terhadap jalannya peristiwa dan menghancurkan martabat Israel," kata Amer saat diwawancarai Russia Today.
"Serangan Iran efektif, kuat, dan bernilai sejarah."
Amer menyebut Iran punya hak untuk mempertahankan diri. Serangan Iran ke Israel dilancarkan setelah Israel menyerang Kedutaan Besar Iran di Damaskus, Suriah.
"Langkah ini menujukkan dukungan kuat Teheran terhadap rakyat Palestina yang ditindas."
Kemudian, Amer ditanya mengenai kemungkinan Israel akan kembali menyerang Iran dan kemungkian terjadinya perang berskala besar di antara keduanya.
"Saat ini Israel adalah penjahat dan entitas politik agresif yang memilih metode teroris. Saat ini Israel terlalu pengecut untuk membalas republik Islam itu (Iran) dengan kekuatan penuh. Namun, kehati-hatian tetap diperlukan," jawabnya.
Dalam wawancara itu Amer turut mengungkapkan tujuan operasi militer Houthi di Laut Merah, yakni kemerdekaan Palestina dan kemanan Yaman adalah tujuan utama Houthi.
Selama sepekan terakhir Houthi kembali menyerang kapa-kapal Israel dan Amerika Serikat (AS) yang melewati Laut Merah.
Serangan itu disebut menimbulkan kerugian ekonomi dan merusak citra AS dan sekutunya.
Baca juga: POLITICO: Israel Berniat Pindahkan 1,2 Juta Warga Palestina dari Rafah ke Garis Pantai Gaza
Karena tak bisa menggertak Houthi dengan serangan, AS memilih menggunakan cara lain, yakni mengiming-imingi akan mencabut blokade terhadap ibu kota Yaman, Sanaa, dan Pelabuhan Hodeiah jika Houthi bersedia menghentikan serangan.
"Operasi kami memiliki dua tujuan. Yang pertama ialah mendukung warga Palestina yang ditindas dengan cara menghalangi kapal atau perahu Israel yang menuju ke pelabuhan-pelabuhan Palestina yang diduduki,"
"Tujuan yang kedua ialah membalas agresi AS dan Inggris terhadap negara kami."
Kata Amer, serangan AS dan Inggris berakhir dengan kegagalan besar.
"Keduanya tidak membuahkan hasil apa pun, tak berhasil mengurangi skala operasi militer kami," katanya.
Dia mengklaim serangan AS dan Inggris adalah kelanjutan dari kejahatan Israel.
Amer kemudian ditanya apakah Hounthi punya kemampuan teknologi untuk melawan Israel dan negara-negara Barat.
"Sekarang kami melawan kekuatan Barat yang mendukung Israel dan memiliki tekonologi lebih canggih, lebih modern. Namun, mereka tetap tidak bisa menghentikan operasi kami [di Laut Merah]," ucapnya.
"Alhamdulilah, kami punya banyak tekad dan kegigihan. Kamu juga didukung oleh rakyat dan memiliki senjata yang sudah kami kembangkan selama bertahun-tahun."
Menurut Amer, Houthi tak akan pernah menyerah dan akan terus berjuang hingga mencapai kemenangan penuh.
Ketika ditanya tentang kemungkinan terbukanya front pertempuran di Lebanon selatan antara Hizbullah dan Israel, Amer mengatakan segalanya mungkin terjadi.
Baca juga: Jaksa ICC Diancam Gara-gara Akan Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu Cs, Media Israel Sebut Nama
"Terutama ketika kita berbicara tentarang tindakan musuh yang menyadari bahwa kekalahannya sudah dekat. Kami yakin bahwa saudara kami dari Hizbullah bersiap akan agresi apa pun dari Israel."
"Kami akan berada di sisi mereka dalam konfrontasi apa pun, bagaimanapun situasi yang muncul. Kami yakin bahwa Israel akan kalah dalam konflik apa pun nanti, ini sudah terjadi sebelumnya."
Terakhir, Amer mengatakan Rusia yang menjadi anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) punya peran positif dalam menyelesaikan persoalan Palestina.
"Namun, langkah DK PBB diganggu oleh veto AS. Saya meyakini Rusia bisa memainkan peran yang bahkan lebih penting dalam mendukung rakyat Palestina dan mengakhiri kejahatan terhadap mereka," katanya menjelaskan.
(Tribunnews/Febri)