TRIBUNNEWS.COM, PALESTINA - Pejuang Palestina Hamas, Senin (6/5/2024), mengumumkan penerimaannya terhadap proposal gencatan senjata dari perundingan yang dimediasi Mesir-Qatar.
Namun Israel mengatakan kesepakatan itu tidak memenuhi “tuntutan utama” dan mereka terus melancarkan serangan ke kota Rafah di Gaza selatan.
Setidaknya 12 orang dilaporkan tewas dalam serangan di Rafah semalam.
Kantor berita Associated Press melaporkan bahwa tank-tank Israel malah telah mendekati perbatasan Rafah dengan Mesir.
Meski begitu, Israel menyatakan akan melanjutkan perundingan.
Langkah-langkah diplomatik yang berisiko tinggi dan pendekatan militer yang berada di ambang bahaya menyisakan secercah harapan bagi tercapainya kesepakatan yang setidaknya dapat menghentikan perang selama 7 bulan yang telah menghancurkan Jalur Gaza.
Yang masih menjadi sorotan adalah ancaman serangan besar-besaran Israel terhadap Rafah, sebuah tindakan yang sangat ditentang oleh Amerika Serikat yang memperingatkan bahwa tindakan tersebut akan menjadi bencana bagi sekitar 1,4 juta warga Palestina yang mengungsi di sana.
Penerimaan tiba-tiba Hamas terhadap perjanjian gencatan senjata terjadi beberapa jam setelah Israel memerintahkan evakuasi sekitar 100.000 warga Palestina dari lingkungan timur Rafah, yang menandakan invasi akan segera terjadi.
Kunci Jawaban PAI Kelas 11 Halaman 94 95 96 97 Kurikulum Merdeka, Uji Kompetensi Bab 3 - Halaman all
20 Latihan Soal IPAS Kelas 4 SD BAB 4 Kurikulum Merdeka serta Kunci Jawaban, Perubahan Bentuk Energi
"Kabinet Perang Israel memutuskan untuk melanjutkan operasi Rafah," demikian kata kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Pada saat yang sama, mereka mengatakan bahwa meskipun proposal yang disetujui Hamas “masih jauh dari memenuhi tuntutan inti Israel,” mereka akan mengirim perunding ke Mesir untuk mencapai kesepakatan.
Pengakuan Israel
Militer Israel mengatakan pihaknya melakukan “serangan yang ditargetkan” terhadap Hamas di Rafah timur.
Sifat serangan tersebut belum diketahui secara pasti namun tindakan tersebut tampaknya bertujuan untuk menjaga tekanan seiring berlanjutnya perundingan.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan menegaskan kembali kekhawatiran AS mengenai invasi ke Rafah.