News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Korban Tewas di Gaza Meningkat, Biden Peringatkan Netanyahu agar Tak Lancarkan Serangan di Rafah

Penulis: Nuryanti
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden AS Joe Biden (kiri) dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan). Biden memperingatkan Netanyahu saat Israel tampaknya semakin dekat dengan operasi militer besar-besaran di Rafah.

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memperingatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar tidak melancarkan serangan di kota Rafah di Gaza selatan.

Sebab, menurut Joe Biden, hal ini seiring dengan meningkatnya jumlah korban jiwa dari warga Palestina.

Lebih dari 34.000 warga Palestina tewas dalam perang yang dimulai setelah Hamas melancarkan serangan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.

Joe Biden melakukan percakapan dengan Benjamin Netanyahu ketika Israel tampaknya semakin dekat dengan operasi militer besar-besaran di Rafah.

Biden dan para pembantunya telah berulang kali mengatakan kepada para pejabat Israel, bahwa serangan itu hanya akan menyebabkan lebih banyak kematian dan memperburuk keputusasaan di Israel.

Kedua pemimpin juga menghadapi tekanan publik yang semakin besar.

Biden terkait protes di kampus-kampus dan Netanyahu dari keluarga beberapa sandera Israel untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.

“Presiden tidak ingin melihat operasi di Rafah menimbulkan risiko lebih besar bagi lebih dari satu juta orang yang mengungsi di sana,” ungkap juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, Selasa (7/5/2024), dilansir AP News.

Gedung Putih menggambarkan percakapan para pemimpin selama 30 menit itu sebagai sesuatu yang “konstruktif”.

Para pejabat Gedung Putih dengan hati-hati mengamati tindakan Israel yang semakin intensif di Rafah dengan rasa khawatir yang mendalam.

Namun, mereka tidak percaya bahwa hal tersebut merupakan serangan besar-besaran yang diancam Netanyahu.

Baca juga: Mata-mata Israel-AS Ditangkap, Ketahuan Lacak Posisi Houthi sebelum Jet AS Ngebom Yaman

Sementara itu, situasi kemanusiaan memburuk dengan cepat di sebagian besar wilayah Gaza.

Kepala Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa, Cindy McCain, mengatakan Gaza utara telah memasuki “kelaparan besar-besaran”.

Menjelang seruan para pemimpin tersebut, Israel mengumumkan bahwa mereka memerintahkan warga Palestina untuk mulai mengungsi dari Rafah.

Segera setelah perintah tersebut, Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah menerima proposal Mesir-Qatar untuk melakukan gencatan senjata.

Di sisi lain, juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan, Israel akan melanjutkan operasinya di Gaza.

Kabinet Perang Israel dengan suara bulat menyetujui operasi militer Rafah, tapi mengatakan akan melanjutkan upaya gencatan senjata.

Serangan baru yang ditargetkan di Rafah timur tampaknya bertujuan untuk menjaga tekanan terhadap Hamas saat perundingan berlanjut.

Hamas Setujui Proposal Gencatan Senjata

Diberitakan Reuters, kelompok militan Palestina Hamas telah menyetujui proposal gencatan senjata Gaza dari mediator, Senin (6/5/2024).

Namun, Israel mengatakan persyaratan tersebut tidak memenuhi tuntutannya dan terus melanjutkan serangan di Rafah sambil berencana untuk melanjutkan negosiasi kesepakatan.

Perkembangan dalam perang tujuh bulan ini terjadi ketika pasukan Israel menyerang Rafah di tepi selatan Gaza dari udara dan darat, dan memerintahkan penduduk untuk meninggalkan bagian kota, yang telah menjadi tempat perlindungan bagi lebih dari satu juta pengungsi Palestina.

Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan singkat bahwa pimpinannya, Ismail Haniyeh, telah memberi tahu mediator Qatar dan Mesir bahwa kelompok tersebut menerima usulan gencatan senjata mereka.

Baca juga: Tank Israel Memasuki Rafah Mendekati Perbatasan Mesir, 12 Warga Palestina Tewas dalam Serangan Udara

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat memimpin rapat kabinet di pangkalan militer Kirya, yang menampung Kementerian Pertahanan Israel, di Tel Aviv pada 24 Desember 2023. (Ohad Zwigenberg / POOL / AFP)

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kemudian mengatakan bahwa usulan gencatan senjata tersebut tidak memenuhi tuntutan Israel, tetapi Israel akan mengirim delegasi untuk bertemu dengan para perunding guna mencoba mencapai kesepakatan.

Dalam sebuah pernyataan, kantor Netanyahu menambahkan bahwa kabinet perangnya menyetujui kelanjutan operasi di Rafah.

Terbaru, Kementerian luar negeri Qatar mengatakan delegasinya akan berangkat ke Kairo pada hari Selasa untuk melanjutkan perundingan tidak langsung antara Israel dan Hamas.

Diketahui, lebih dari 34.600 warga Palestina telah tewas dalam konflik di Gaza, menurut pejabat kesehatan Gaza.

Kini, PBB mengatakan kelaparan akan segera terjadi di wilayah kantong tersebut.

Baca juga: Israel Serang Rafah usai Hamas Sepakat Gencatan Senjata, Pejuang Gaza Tembakkan Roket ke Israel

Gencatan senjata apa pun akan menjadi jeda pertama dalam pertempuran sejak gencatan senjata selama seminggu pada bulan November 2023, di mana Hamas membebaskan sekitar setengah sandera.

Sejak itu, semua upaya untuk mencapai gencatan senjata baru gagal karena penolakan Hamas untuk membebaskan lebih banyak sandera tanpa janji untuk mengakhiri konflik secara permanen, dan desakan Israel bahwa mereka hanya akan membahas jeda sementara.

Israel percaya bahwa sejumlah besar pejuang Hamas, bersama dengan puluhan sandera, berada di Rafah dan mengatakan bahwa kemenangan memerlukan perebutan kota utama tersebut.

Sekutu terdekat Israel, Amerika Serikat (AS), telah meminta Israel untuk tidak menyerang Rafah.

AS mengatakan bahwa Israel tidak boleh melakukan hal tersebut tanpa adanya rencana penuh untuk melindungi warga sipil di sana, yang belum disampaikan.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini