News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Tank Israel Masuki Rafah, Hanya Berjarak 200 Meter dari Perbatasan Mesir

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Suci BangunDS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengungsi Palestina yang meninggalkan Rafah di Jalur Gaza selatan dengan membawa barang-barang mereka setelah perintah evakuasi oleh tentara Israel, tiba di Khan Yunis pada 6 Mei 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan gerakan Hamas Palestina.

TRIBUNNEWS.COM - Seorang pejabat keamanan Palestina dan Mesir mengatakan kepada Associated Press (AP), bahwa tank-tank Israel telah memasuki Rafah.

Tank-tank tersebut, cuma berjarak 200 meter dari perbatasan Rafah dengan Mesir.

Associated Press menekankan sumber-sumbernya berbicara dengan syarat anonim karena tidak punya wewenang untuk berbicara kepada pers.

Pejabat Mesir mengatakan cakupan operasi tersebu tampaknya terbatas.

Menurut pejabat itu dan laporan dari TV Al-Aqsa menyebutkan, kalau para pejabat Israel telah menyampaikan ke Mesir bahwa pasukannya akan mundur setelah operasi selesai.

Militer Israel menolak mengomentari laporan serangan tank tersebut.

Perlintasan perbatasan Rafah adalah pintu masuk penting bagi bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Sebelumnya, Hamas mengecam Israel yang berencana melancarkan serangan darat ke kota Rafah.

Hamas menegaskan, bahwa setiap agresi militer Israel terhadap Rafah tidak akan menjadi sebuah "piknik".

Kelompok militan itu menekankan bahwa mereka “sepenuhnya siap” untuk membela warga Palestina.

Hamas melontarkan kecaman ini setelah Israel memerintahkan warga Palestina untuk dievakuasi dari Rafah.

Baca juga: Korban Tewas di Gaza Meningkat, Biden Peringatkan Netanyahu agar Tak Lancarkan Serangan di Rafah

Dikutip dari Al Jazeera, sementara itu, ikut mengomentari panasnya situasi, Juru bicara UNICEF, James Elder, menuturkan kalau serangan militer Israel terhadap Rafah bisa mengubah menjadi (situasi) “mengerikan”.

“Betapapun mencengangkannya hal ini, tampaknya hal ini benar-benar terjadi,” katanya kepada Al Jazeera.

Ia pun memperingatkan bahwa invasi ke Rafah akan menjadi semakin memperbesar bencana yang sudah mengepung wilayah kantong tersebut.

“Tidak ada tempat untuk pergi," katanya.

Saat ini, situasi di kota Rafah sangat memilukan, khususnya di bagian timur.

Daerah-daerah tersebut merupakan daerah yang padat penduduknya.

Kawasan tersebut kini tidak hanya dengan penduduk setempat, tetapi juga dengan ribuan keluarga pengungsi yang berada di dalam rumah pemukiman atau mereka yang mendirikan tenda di jalan atau trotoar.

Juga terdapat kesulitan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Khususnya dalam hal situasi kemanusiaan, kurangnya fasilitas, kebersihan, sanitasi dan semua kesulitan kondisi kehidupan yang disebabkan oleh kampanye pengeboman yang intens.

Hal itu sudah berlangsung selama tujuh bulan terakhir.

Kini, perintah evakuasi baru ini kemungkinan akan semakin meningkatkan kesulitan kondisi kehidupan dan semakin banyak menimbulkan ancaman lebih banyak penyakit.

Baca juga: Tank Israel Memasuki Rafah Mendekati Perbatasan Mesir, 12 Warga Palestina Tewas dalam Serangan Udara

Bahkan yang lebih penting adalah hancurnya rasa aman.

Perluas serangan ke Rafah

Seorang juru bicara militer Israel mengatakan kepada wartawan bahwa mereka memerintahkan evakuasi untuk sekira 100.000 warga dari Rafah timur.

Sementara itu, komunitas internasional sudah berulang kali memperingatkan Tel Aviv bahwa invasi ke Rafah akan menjadi "bencana besar".

Sebuah laporan dari koresponden Al Jazeera di Gaza bagian selatan, perintah evakuasi muncul menyusul buntunya perundingan gencatan senjata di Kairo.

Seruan untuk meninggalkan Rafah timur tersebut disampaikan melalui brosur, SMS, telepon, dan siaran media berbahasa Arab.

Militer Israel memerintahkan penduduk lokal di bagian timur kota Rafah untuk segera mengungsi ke bagian barat, ke zona evakuasi al-Mawasi.

Zona tersebut merupakan sebuah wilayah yang sebelumnya telah ditetapkan oleh militer Israel sebagai zona aman.

Penting untuk diketahui bahwa sejauh ini semua zona evakuasi yang ditetapkan oleh militer Israel belum aman bagi keluarga pengungsi.

Faktanya, daerah-daerah ini terus-menerus diserang.

Bahkan dalam beberapa hari terakhir, masyarakat mulai bergerak atas kemauan mereka sendiri menyusul kurangnya kemajuan dalam perundingan gencatan senjata.

Baca juga: Israel Serang Rafah usai Hamas Sepakat Gencatan Senjata, Pejuang Gaza Tembakkan Roket ke Israel

Pengungsi sudah mulai mengemasi barang-barang mereka dan mulai bergerak, tetapi belum tentu menuju ke zona evakuasi, karena ketidakpercayaan mereka terhadap narasi Israel.

Negosiasi gencatan senjata antara Hamas dengan Israel melalui mediator Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat (AS) berakhir tanpa mencapai kesepakatan gencatan senjata pada Sabtu (4/5/2024).

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu telah mendesak agar invasi diperluas hingga ke kota Rafah.

Dikutip dari The New York Times, sumber Israel dilaporkan mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa kedua pihak hampir mencapai kesepakatan beberapa hari yang lalu.

Tapi gara-gara komentar Benjamin Netanyahu tentang rencana serangan Rafah, Hamas jadi semakin “memperkuat” tuntutannya.

“Kami sangat dekat, namun pemikiran Netanyahu yang sempit membatalkan kesepakatan," kata pejabat senior Hamas, Abu Marzouk kepada The New York Times.

Dikutip dari VOA, sebelumnya, pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh mengatakan bahwa Hamas ‘serius dan positif’ terhadap perundingan gencatan senjata tersebut.

Hamas juga menuntut agresi Israel di Gaza dihentikan sebagai prioritas utama.

Namun, pemerintah Israel kembali mengatakan akan melanjutkan operasi militer di Rafah, kota paling selatan di Jalur Gaza, yang merupakan pintu masuk utama bantuan kemanusiaan.

"Rafah menampung ribuan pejuang kelompok Islam Palestina dan kemenangan tidak mungkin tercapai tanpa merebut kota tersebut," kata Israel.

Pernyataan lengkap militer Israel tentang evakuasi Rafah

Melalui X, berikut ini pernyataan lengkap Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tentang perintah evakuasi warga Gaza dari Rafah:

“IDF telah memperluas wilayah kemanusiaan di Al-Mawasi untuk mengakomodasi peningkatan jumlah bantuan yang mengalir ke Gaza. Area kemanusiaan yang diperluas ini mencakup rumah sakit lapangan, tenda, dan peningkatan jumlah makanan, air, obat-obatan, dan pasokan tambahan,"

“Sesuai dengan persetujuan pemerintah, penilaian situasi yang sedang berlangsung akan memandu pergerakan bertahap warga sipil di wilayah tertentu di Rafah timur, ke wilayah kemanusiaan,"

“Seruan untuk pindah sementara ke wilayah kemanusiaan akan disampaikan melalui brosur, pesan SMS, panggilan telepon, dan siaran media berbahasa Arab,"

“IDF akan terus mengejar Hamas di mana pun di Gaza sampai semua sandera yang mereka sandera kembali ke rumah," tulis IDF di X.

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) pun menanggapi seruan terbaru ini melalui unggahan X.

UNRWA menyebut bahwa serangan Israel di Rafah akan menimbulkan lebih banyak penderitaan dan kematian warga sipil, serta dampaknya akan sangat buruk bagi 1,4 juta warga Gaza yang berlindung di sana.

Mereka juga menambahkan bahwa "tak akan evakuasi, dan memilih untuk bertahan di Rafah selama mungkin dan akan terus memberikan bantuan untuk menyelamatkan warga".

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini