News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Pekerja Bantuan Gaza: Warga Palestina Terlalu Lapar untuk Tinggalkan Rafah, Tidak Kuat Berjalan

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Bobby Wiratama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wanita Palestina berduka atas kematian orang yang mereka cintai di luar rumah sakit Al-Najjar menyusul pemboman Israel semalam di Rafah di Jalur Gaza selatan, di tengah berlanjutnya konflik antara Israel dan Hamas pada 18 April 2024.

TRIBUNNEWS.COM - Pada hari Senin (6/5/2024), pasukan Israel menyebarkan pamflet yang menyuruh warga Palestina untuk meninggalkan Rafah.

Militer Israel mengancam akan melakukan operasi di wilayah paling selatan Jalur Gaza itu, yang sudah dipadati penduduk yang mengungsi.

Mengutip Middle East Eye, PBB memperkirakan ada sekitar 1,2 juta orang yang tinggal di kamp-kamp penampungan di Rafah, dengan kondisi yang menyedihkan.

“Kelaparan besar-besaran yang terjadi di bagian utara Gaza telah menyebar ke bagian selatan," kata Cindy McCain, kepala Program Pangan Dunia, akhir pekan lalu.

Ada sekitar 200 warga Palestina yang terpaksa mengungsi dari Rafah setiap jamnya, kata Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (Unrwa) pada hari Rabu (8/5/2024).

Dalam konferensi pers online, para dokter dan pekerja bantuan kemanusiaan yang melaporkan dari Gaza berbicara tentang mustahilnya memindahkan orang dari Rafah.

Sebab, orang-orang di sana dilanda kelaparan serta ditambah dengan runtuhnya sistem transportasi dan layanan kesehatan.

Warga Palestina berkerumun di jalan saat asap mengepul di dekatnya akibat serangan Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 7 Mei 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (Photo by AFP) (AFP/-)

"Ada anak-anak dan orang tua yang sangat kelaparan sehingga mereka hampir tidak bisa berjalan. Orang-orang ini tidak bisa begitu saja pindah ke daerah lain, ke tempat yang mereka sebut 'zona aman'. Itu tidak mungkin," kata Alexandra Saieh, kepala kebijakan kemanusiaan dari Save the Children.

Beberapa pekerja bantuan menyatakan bahwa tidak ada daerah yang aman di Jalur Gaza untuk direlokasi.

“Konsep zona aman adalah sebuah kebohongan,” kata Helena Marchal, dari Medecins du Monde.

Pergerakan yang terbatas

Para pekerja bantuan juga menegaskan kembali sulitnya memasukkan bantuan ke Gaza dan kemudian mendistribusikannya.

Baca juga: Amerika Tangguhkan Pengiriman Senjata ke Israel, Ini 6 Hal yang Perlu Diketahui

Penyeberangan Rafah dan Kerem Shalom, yang merupakan pintu masuk pengiriman bantuan, telah ditutup sejak Minggu malam.

Jalan-jalan di Gaza sebagian besar hancur atau diblokir oleh orang-orang yang berlindung, sehingga berkontribusi terhadap sulitnya pergerakan barang dan orang.

"Hanya sejumlah kecil rute, terutama antara utara dan selatan, yang tersedia untuk keperluan kemanusiaan," kata Jeremy Konyndyk, dari Refugees International.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini