Mereka adalah bagian penting dari “Poros Perlawanan,” termasuk Hizbullah Lebanon, Ansarallah Yaman (Houthi), dan faksi lain yang didukung Iran.
Semua kelompok dalam Poros telah menyatakan bahwa serangan mereka akan terus berlanjut sampai gencatan senjata tercapai di Jalur Gaza, di mana tindakan Israel telah mengakibatkan kematian sekitar 35.000 warga Palestina, sebagian besar anak-anak dan perempuan, dan melukai sekitar 78.000 orang.
Perang juga telah menyebabkan sekitar 1,5 juta orang mengungsi, yang mengakibatkan hancurnya infrastruktur, rumah sakit, sekolah, dan bahkan fasilitas PBB.
Koalisi Perlawanan
Ketika perang di Jalur Gaza memulai fase baru setelah pasukan Israel memasuki kota Rafah di selatan, koalisi milisi Irak mengklaim enam serangan rudal dan drone dalam satu hari terhadap Israel.
Serangan yang disebut mengancam ini akan semakin meningkat jika Israel masih melakukan invasi di Rafah.
Koalisi milisi yang dikenal sebagai Perlawanan Islam di Irak melibatkan dugaan penargetan Pangkalan Udara Nevatim Israel di Beersheba, kota pelabuhan selatan Eilat, kemudian terminal minyak Ashkelon, sebuah pangkalan di kota perbatasan utara Eilat.
Elifelet, sebuah platform di ladang gas lepas pantai Leviathan dan Pangkalan Udara Ovda, namun Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tidak segera melaporkan dugaan serangan tersebut.
Serangan-serangan tersebut dikatakan oleh Perlawanan Islam di Irak dilakukan sebagai kelanjutan dari aksi untuk melawan penjajagan.
Serta untuk mendukung penduduk korban perang di Gaza dan sebagai respons terhadap pembantaian yang dilakukan oleh entitas perampas kekuasaan terhadap warga sipil Palestina, termasuk anak-anak, wanita dan orang tua.
Diberitakan NewsWeek, koalisi tersebut juga menegaskan bahwa "Perlawanan Islam menegaskan penghancuran terus-menerus terhadap benteng musuh."
Serangan tersebut terjadi sebagai bagian dari kampanye berkelanjutan yang diluncurkan oleh Perlawanan Islam di Irak dan faksi lain dari “Poros Perlawanan” yang bersekutu dengan Iran melawan Israel sejak perang di Gaza meletus pada 7 Oktober 2023, ketika Hamas memimpin serangan mendadak yang belum pernah terjadi sebelumnya. .
Saat pasukan Israel terus memerangi kelompok tersebut tujuh bulan kemudian, IDF pada hari Senin mengumumkan dimulainya operasi gabungan udara dan darat terhadap kota Rafah di Gaza selatan dalam upaya untuk mencabut kehadiran Hamas dan membongkar dugaan operasi penyelundupan senjata lintas batas.
Kemudian ketika Israel terus menghadapi tembakan musuh dari berbagai lini, milisi Irak menuduh negara tersebut melakukan serangan udara terhadap pusat media dan kebudayaan di pinggiran ibu kota Suriah, Damaskus, pada hari Rabu.
IDF tidak mengkonfirmasi atau menyangkal perannya dalam serangan tersebut, namun laporan keterlibatan Israel, yang menandai episode terbaru dalam kampanye Israel selama bertahun-tahun yang menargetkan sasaran-sasaran yang terkait dengan Iran di Suriah, menimbulkan reaksi keras di lapangan.