Setelah mengisi perbekalan, kapal itu diperkirakan akan kembali ke pangkalannya di Mayport, Florida.
Carney adalah kapal perang terakhir dari dua koalisi Barat (Operation Prosperity Guardian dan Operation Aspides) yang meninggalkan Laut Merah.
Bulan lalu kapal fregat Jerman bernama Hassen meninggalkan kawasan itu untuk kembali ke Jerman.
Pada waktu yang sama pemimpin Houthi menjanjikan jalur aman bagi negara-negara Eropa asalkan kapal tidak mengarah ke Israel.
Adapun operasi militer yang dipimpin oleh Uni Eropa kurang keras daripada operasi yang dipimpin oleh AS-Inggris.
Kapal-kapal perang Uni Eropa tidak menyerang target di wilayah Yaman.
Kepala Subkomite Senat Dinas Bersenjata dalam Pasukan Strategis, Angus King, pekan lalu memperingatkan bahwa rudal pertahanan AS terbukti mahal dan tidak efektif.
Bahkan, rudal itu bahkan tidak efektif untuk melawan Houthi.
“Satu rudal untuk menangis rudal yang datang bernilai $80 juta,” kata King kepada para pejabat Kementerian Pertahanan AS.
“Di Laut Merah, Houthi mengirimkan pesawat nirawak seharga $20.000 dan kita menembak jatuh pesawat itu dengan rudal-rudal berharga $4,3 juta.”
Baca juga: Kebakaran Gudang Pangkalan Militer Israel di Tel Hashomer Gush Dan, Peralatan Militer Israel Hangus
Houthi sampaikan peringatan keras
Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, memperingatkan bahwa pihaknya bisa meningkatkan eskalasi hingga ke level yang bahkan “tidak bisa dibayangkan” oleh musuh.
Eskalasi itu meningkat jika musuh-musuh Houthi terus “melewati garis batas”.
“Gaza adalah garis batas bagi kami. Perjuangan kami, tempat suci, dan Islam kami adalah garis batas, kami tidak akan berkompromi tentang itu,” ujar Saree.
“Kami akan menargetkan sesuatu yang bajkan tidak dipikirkan dan dibayangkan musuh, sesuatu yang juga tidak dibayangkan oleh rakyat Yaman ataupun rakyat [Arab dan dunia muslim,” katanya menambahkan.