Qatar Kutuk Ben-Gvir yang Sebut Gaza Tanah Suci Yahudi Israel: Marah Warga Palestina Diusir Paksa
TRIBUNNEWS.COM - Qatar pada Kamis (16/5/2024) melontarkan pernyataan mengutuk kebijakan Israel yang hendak mengusir warga Palestina dari tanah mereka di Jalur Gaza yang terkepung.
Jalur Gaza, wilayah kantung Palestina, telah dibombardir secara intensif oleh pasukan Israel sejak 7 Oktober dengan dalih pemberantasan gerakan Hamas pasca-serangan Banjir Al-Aqsa.
Baca juga: 3 Hal di Balik Remuknya Israel di Jabalia: IDF Salahkan Politisi, Qassam Kini Kuasai Jurus Hizbullah
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Qatar juga mengutuk pernyataan Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir baru-baru ini yang mendorong warga Gaza untuk meninggalkan Palestina secara sukarela.
“Ini jelas mencerminkan kebijakan pendudukan Israel yang memperluas permukiman dan secara paksa menggusur warga Palestina,” kata pernyataan itu.
Pernyataan itu juga menambahkan bahwa “Qatar mengutuk keras pernyataan Menteri Keamanan Nasional Israel, yang menyerukan pembangunan kembali permukiman Yahudi di Jalur Gaza dan pencegahan masuknya bantuan kemanusiaan ke daerah kantong.”
Baca juga: Hizbullah Sumpal Mulut Besar IDF, Ini Kemampuan Super Canggih Sky Dew Israel Buat Tangkal Rudal Iran
Ben Gvir Sebut Gaza Tanah Suci Yahudi Israel
Pernyataan Qatar tersebut dikeluarkan sebagai tanggapan atas usulan Ben-Gvir untuk menduduki kembali Jalur Gaza dan mendorong migrasi sukarela penduduknya.
Pada hari Senin, Ben-Gvir berbicara kepada massa Yahudi Israel di Sderot, dengan mengatakan, “Pertama, kita harus kembali ke Gaza sekarang! Kami pulang! Ke tanah suci!
“Dan kedua, kita harus mendorong emigrasi. Mendorong emigrasi sukarela warga Gaza. Itu bermoral!” menurut surat kabar Haaretz.
Pernyataan Qatar tersebut menggarisbawahi bahwa “perluasan pemukiman Israel merupakan pelanggaran terhadap resolusi legitimasi internasional.”
Pada tahun 2005, 21 pemukiman Israel di Jalur Gaza dan empat pemukiman Israel di Tepi Barat dibongkar secara sepihak oleh Israel sendiri.
Pemukim dan tentara Israel ditarik dari dalam Jalur Gaza. IDF kemudian mengerahkan kembali militernya di sepanjang perbatasan Jalur Gaza.
Peristiwa disengagement (pelepasan) wilayah pendudukan ini merupakan usaha Israel mengisolasi Gaza dari dunia luar, menjadikannya penjara terbuka terbesar di dunia lantaran diblokade total.
Pelepasan Gaza dari wilayah pendudukan tersebut diusulkan pada tahun 2003 oleh Perdana Menteri Israel saat itu, Ariel Sharon, dan diadopsi oleh pemerintah pada bulan Juni 2004.