Sebelum Kematian Raisi, Iran Ternyata Diam-diam Jalin Negosiasi Tak Langsung dengan AS Soal Israel
TRIBUNNEWS.COM - Iran mengkonfirmasi pada Sabtu (18/5/2024) sehari sebelum kematian Presiden Ebrahim Raisi, kalau Teheran mengadakan pembicaraan tidak langsung dengan Amerika Serikat (AS) di Oman baru-baru ini di tengah meningkatnya ketegangan dengan Israel.
Pada Sabtu, kantor berita resmi Iran, IRNA, mengatakan bahwa “perwakilan Republik Iran untuk PBB mengkonfirmasi adanya negosiasi tidak langsung antara Iran dan Amerika Serikat di Oman.”
Baca juga: Mahmoud Ahmadinejad, Sosok Populis Iran yang Bikin Israel Ketakutan Bakal Gantikan Ebrahim Raisi
Dia menyatakan bahwa “negosiasi ini bukanlah yang pertama dan tidak akan menjadi yang terakhir,” tanpa memberikan rincian pertemuan di masa depan.
Iran adalah anggota terkemuka dari Poros Perlawanan, yang menentang pendudukan dan hegemoni AS di Suriah dan Irak serta pendudukan Israel dan genosida di Palestina di mana Ebrahim Raisi merupakan tokoh vokal yang terus menyerukan perlawanan.
Pada Jumat, situs berita AS, Axios melaporkan bahwa para pejabat AS dan Iran mengadakan pembicaraan tidak langsung di Oman “tentang bagaimana menghindari peningkatan serangan regional.”
Baca juga: Situs Radar Nuklir Disebut Kena Rudal Israel, Menlu Iran: Balasan Kami Berikutnya di Level Maksimum
Kemungkinan perang terbuka antara Iran dan Israel muncul setelah Israel mengebom konsulat Iran di Damaskus, menewaskan tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), termasuk Jenderal IRGC terkemuka Mohammed Zahedi, pada 1 April.
Iran membalas dengan meluncurkan serangan drone dan rudal yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel dua minggu kemudian, yang menunjukkan bahwa Iran dapat menembus pertahanan rudal Israel untuk melancarkan serangan yang lebih besar jika diperlukan di masa depan.
Agresi Israel dan tanggapan Iran menimbulkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas.
Axios mengutip dua sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut yang menyatakan bahwa penasihat utama Presiden AS Joe Biden di Asia Barat, Brett McGurk, dan penjabat utusan AS untuk Iran, Abram Paley, mewakili pihak AS.
Tidak disebutkan siapa yang mewakili pihak Iran.
Axios melaporkan bahwa negosiasi serupa terjadi pada bulan Januari setelah Israel membunuh komandan penting Hamas Saleh al-Arouri di pinggiran kota Beirut.
Perdana Menteri Lebanon menuduh Israel berusaha “menyeret” negaranya ke dalam perang regional.
Tak lama setelah pembunuhan Arouri, ISIS mendapat pujian karena melakukan bom bunuh diri ganda di Iran, menewaskan 95 orang yang memperingati ulang tahun keempat pembunuhan Jenderal IRGC Qassem Soleimani di AS.
Iran, Suriah, dan Rusia menuduh AS dan Israel mendukung ISIS.
Musim panas lalu, para pejabat AS dan Iran bertemu di Oman untuk merundingkan kesepakatan pertukaran tahanan dan pencairan dana Iran sebesar $6 miliar yang disita oleh AS dengan dalih menjatuhkan sanksi terhadap dugaan program nuklir Teheran.
Israel Bantah Terlibat
Kabar adanya negosiasi tidak langsung Iran-AS itu muncul satu hari sebelum kematian Presiden Ebrahim Raisi pada Minggu (19/5/2024)..
Pemerintah Israel memantau dengan cermat laporan mengenai kecelakaan helikopter yang mengangkut Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian, Minggu (19/5/2024).
Tim penyelamat berhasil menemukan puing-puing helikopter yang jatuh di provinsi Azerbaijan Timur Iran.
Namun harapan memudar bahwa Presiden Iran Ebrahim Raisi dan menteri luar negerinya selamat dari kecelakaan helikopter itu.
"Helikopter Presiden Raisi terbakar habis dalam kecelakaan itu. Sayangnya, semua penumpang dikhawatirkan tewas," kata pejabat itu kepada Reuters.
Media Israel Ynetnews, menulis pejabat Israel menahan diri untuk mengomentari insiden tersebut.
Namun sumber tidak resmi telah mengklarifikasi bahwa Israel tidak terkait atau terlibat dalam kecelakaan helikopter tersebut.
Pejabat senior Israel mengatakan kematian Raisi dan Amir-Abdollahian diperkirakan tidak akan berdampak pada Israel atau kebijakannya terhadap Republik Islam.
Satu-satunya konsekuensi yang ditunggu Israel adalah siapa presiden yang akan menggantikan Raisi.
Media itu menulis salah satu kemungkinan yang bisa menggantikan Raisi adalah kembalinya Mahmoud Ahmadinejad, yang menjabat sebagai presiden keenam Iran dari tahun 2005 hingga 2013 dan dianggap sebagai musuh bebuyutan Israel.
Para pejabat senior menambahkan bahwa selain perubahan di Iran, tidak akan ada dampak terhadap Israel karena keputusan mengenai Israel dibuat oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Dialah yang mengambil keputusan penting mengenai program nuklir Iran.
AS Rapat Darurat
Berita tentang jatuhnya helikopter tersebut sampai ke Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan yang saat ini berada di Israel.
Presiden AS Joe Biden dilaporkan mempersingkat liburannya karena laporan yang muncul dari Iran.
Dia terus mengikuti perkembangan ini seperti halnya para pejabat AS lainnya,
Masih belum ada reaksi dari AS terhadap jatuhnya helikopter itu.
Mereka sangat ingin menahan diri dalam berspekulasi mengenai nasib Presiden Raisi.
Khawatir Muncul Teori Konspirasi
Para pejabat Israel mengantisipasi pihak Iran akan mencoba menyebarkan teori konspirasi tentang keterlibatan Israel dalam kecelakaan itu.
Menurut Ynetnews, Cyber Army of the Revolutionary Guards yang merupakan sebuah situs web yang berafiliasi dengan cabang angkatan bersenjata Iran, menulis jatuhnya helikopter yang membawa pejabat pemerintah membuat kemungkinan pembunuhan dan sabotase menjadi kuat.
Apalagi dari hanya helikopter yang ditumpang Presiden Raisi yang kecelakaan.
Sementara dua helikopter yang menyertainya dinyatakan selamat sampai ke tujuan.
Pernyataan Jenderal Israel
Tuduhan bahwa Israel berada di belakang jatunya helikopter Presiden Iran mengemuka karena hubungan kedua negara belakangan ini semakin memanas.
Hal itu karena Iran belum lama ini menyerang Israel yang tak lama kemudian dibalas Israel.
Terkait itu, Mantan Penasihat Keamanan Nasional Israel Mayjen Yaakov Amidror seperti dikutip dari Jerusalem Post mengatakan kecelakaan helikopter besar kemungkinan karena masalah teknis dan cuaca buruk.
Dia mengatakan tak ada alasan kekuatan asing dalam kecelakaan itu.
Menurutnya helikopter tersebut terbang di daerah yang sangat berkabut di perbatasan Iran dengan Azerbaijan.
"Maksud saya tempat itu adalah daerah yang sangat bergunung-gunung dan berkabut. Dan armada helikopter Iran sudah sangat tua,” kata Javedanfar.
Amidror mengabaikan kemungkinan bahwa Israel berada di balik kecelakaan itu.
“Itu sama saja buang-buang energi (mengatakan hal itu)," ujarnya.
“Jika Anda ingin melakukan sesuatu yang akan mempunyai pengaruh baik secara domestik maupun [eksternal] maka seseorang tidak akan menargetkan presiden," ujarnya.
Helikopter Tua yang Dioperasikan
Masih belum ada kepastian jenis helikopter apa yang membawa Presiden Raisi dan rombongan.
Bisa jadi itu adalah helikopter militer atau pesawat Bulan Sabit Merah.
Iran mengoperasikan sejumlah helikopter namun sebagian besar sudah ada sejak sebelum revolusi Islam di negara itu pada tahun 1979.
Karena sanksi dan kendala keuangan, Iran mengalami kesulitan dalam membeli suku cadang sehingga pemeliharaan menjadi tantangan tersendiri.
Selain itu cuaca saat itu sangat tidak bagus diduga kendala penerbangan helikopter.
(oln/tc/*)