TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Iran akan menggelar pemilihan umum Presiden Iran pada 28 Juni 2024, menyusul kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter yang jatuh pada Minggu (19/5/2024).
Penetapan tanggal Pilpres ini disetujui melalui pertemuan para kepala peradilan, pemerintah dan parlemen pada Senin (20/5/2024).
"Sesuai dengan kesepakatan awal Dewan Penjaga, diputuskan untuk mengadakan pemilihan presiden pada tanggal ini," menurut laporan media-media Iran, termasuk TV pemerintah pada Senin malam.
Sebelumnya, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengumumkan bahwa Wakil Presiden Pertama, Mohammad Mokhber bertanggung jawab atas otoritas eksekutif.
Ia memiliki jangka waktu maksimal 50 hari untuk menyelenggarakan pemilu.
Pada Senin (20/5/2024), Iran mengumumkan 5 hari berkabung untuk kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi.
Sementara Dewan Menteri Iran menunjuk Ali Bagheri, Wakil Menteri Luar Negeri, sebagai Penjabat Kementerian setelah kematian Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdullahian dalam kecelakaan pesawat.
"Sebuah komite akan dibentuk dari Wakil Presiden Pertama, Ketua Parlemen, dan kepala pengadilan untuk mengatur negara dan menyelenggarakan pemilu dalam waktu 50 hari," kata Hadi Tahan Nazif, juru bicara Dewan Penjaga di Iran, seperti diberitakan Aawsat.
Nantinya, presiden terpilih akan menjalankan tugasnya selama 4 tahun ke depan dan wakil presiden pertama akan menjalankan tugas kepresidenan dan tidak akan diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden sebelum pemilu.
Presiden Iran Ebrahim Raisi Tewas dalam Kecelakaan Helikopter
Presiden Iran Ebrahim Raisi melakukan perjalanan pulang ke Iran bersama delapan orang lainnya menggunakan sebuah helikopter pada Minggu (19/5/2024).
Baca juga: Jenazah Presiden Iran Ebrahim Raisi Dimakamkan Hari Kamis, 23 Mei 2024
Perjalanan itu dilakukan setelah Presiden Iran Ebrahim Raisi menyelesaikan kunjungannya dari upacara peresmian bendungan di perbatasan Iran dengan Republik Azerbaijan sebelumnya.
Rombongan itu berangkat bersama dua helikopter lainnya.
Pada Minggu sore, helikopter yang dinaiki Presiden Iran Ebrahim Raisi mengalami gangguan dan beberapa orang di dalam helikopter dilaporkan berhasil menghubungi pusat tim penyelamat.
Namun, helikopter tersebut tidak bisa mendarat karena kabut tebal dan hujan lebat, mengakibatkan berkurangnya jarak panjang.
Helikopter tersebut diperkirakan jatuh di pegunungan di wilayah Varzaqan, Provinsi Azerbaijan Timur, Iran.
Tim Bulan Sabit Merah Iran kemudian mengirim tim penyelamat, pendaki, serta dibantu angkatan bersenjata Iran, yang disusul relawan dari berbagai negara.
Namun, medan yang sulit dan cuaca buruk semakin mempersulit pencarian di kawasan tersebut, seperti diberitakan Syria TV.
Sekitar pukul 21.30 waktu setempat, Iran meminta bantuan Turki untuk menyediakan helikopter Cougar dan drone Akinci untuk membantu pencarian.
Pada Senin (20/5/2024) pukul 00.30 waktu setempat, drone Akinci muncul di radar publik dan pada pukul 02.36 waktu setempat drone tersebut mengirim koordinat yang diduga sebagai lokasi jatuhnya helikopter Presiden Iran.
Sekitar pukul 05.00 waktu setempat, Kepala Masyarakat Bulan Sabit Merah Iran (IRCS), Pir-Hossein Kolivand mengumumkan lokasi helikopter dan tim penyelamat tiba di sana.
Ia mengumumkan bahwa tidak ada korban selamat yang ditemukan di lokasi jatuhnya helikopter tersebut.
“Tidak ada jejak korban selamat yang terlihat setelah lokasi jatuhnya helikopter ditemukan,” kata Pir-Hossein Kolivand pada Senin (20/5/2024) pagi, dalam wawancara dengan Tasnim.
Setelah proses evakuasi, Pir-Hossein Kolivand mengumumkan jenazah Presiden Iran Ebrahim Raisi dan rekan-rekannya sedang diangkut ke Tabriz, barat laut Iran.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Presiden Iran Ebrahim Raisi