News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Insiden Lagi, Giliran 4 Kapal Angkatan Laut AS Rusak: Dermaga Terapung Gaza Jadi Pangkalan Militer?

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anggota Angkatan Darat AS, Angkatan Laut AS, dan militer Israel mendirikan Dermaga Trident, dermaga apung sementara untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan, di pantai Gaza, pada hari Kamis.

Insiden Lagi, Giliran 4 Kapal Angkatan Laut AS Rusak: Ada yang Janggal di Dermaga Terapung Gaza  

TRIBUNNEWS.COM - Insiden non-pertempuran terus terjadi di sekitar dermaga terapung buatan Amerika Serikat (AS) di lepas pantai Gaza.

Setelah insiden kecelakaan kerja yang menimpa tentara AS, jebolnya struktur dermaga hingga hanyut ke Pantai Ashdod, belakangan insiden juga menimpa kapal-kapal Angkatan Laut (AS) di wilayah tersebut. 

Baca juga: Dihantam Ombak, Separuh Dermaga Apung AS di Gaza Hanyut ke Pantai Ashdod: Hamas-Fatah Tak Merestui

Komando Pusat AS (Centcom), pada Sabtu (25/5/2024) malam, mengumumkan kalau 4 kapal AL mereka dalam misi dukungan kemanusiaan di Gaza rusak pagi ini karena kondisi cuaca.

Pengumuman tersebut menjelaskan kalau kapal ketiga dan keempat saat ini berada di pantai Israel di lepas pantai Ashkelon.

US Centcom menambahkan, upaya sedang dilakukan untuk memperbaiki kerusakan pada kapal-kapal tersebut dengan bantuan Angkatan Laut Israel.

"Belum ada laporan korban cedera atas insiden ini," tulis laporan Khaberni.

Baca juga: Tentara AS Kritis di RS Israel Seusai Alami Kecelakaan di Dermaga Terapung Gaza

Pembangunan dermaga apung di lepas pantai Gaza oleh AS dengan dalih sebagai upaya percepatan pengiriman bantuan kemanusiaan. (khaberni/HO)

Kejanggalan Dermaga Terapung Gaza, Ada Apa di Balik Aksi AS?

Sejak awal pembangunan dermaga terapung ini, AS dicurigai punya maksud tersembunyi dari 'sekadar' percepatan penyaluran bantuan kemanusian ke warga Gaza.

Alih-alih membuka blokade darat Israel yang lebih praktis dan simpel, AS justru terkesan mendukung pengepungan total Israel di Jalur Gaza selama pecahnya perang melawan kelompok milisi perlawanan Palestina.

Ulasan surat kabar Swiss, Lutan, yang ditulis oleh Louie Lima mengindikasikan memang ada kejanggalan dan niat tersembunyi AS dari pembangunan dermaga yang diberin nama Trident tersebut.

Baca juga: Inilah Deretan Kapal Perang dan Pasukan yang Dibawa AS ke Pantai Gaza: Tentara Asing Injakkan Kaki?

Dalam ulasannya terbit pada awal bulan ini, laporan surat kabar itu mengatakan kalau pelabuhan terapung baru di Gaza yang mahal dan rumit, dibangun dengan susah payah oleh ratusan tentara AS atas permintaan Presiden AS Joe Biden.

"Dan yang seharusnya memungkinkan bantuan darurat dikirimkan kepada dua juta penduduk, menimbulkan kekhawatiran akan adanya kendali tambahan dari Israel atas Jalur Gaza yang hancur," tulis ulasan tersebut.

Penulis laporan di surat kabar itu bertanya secara kritis, “Apakah ini waktunya untuk melakukan tindakan besar di Gaza?” 

Pertanyaan itu merujuk pada fakta kalau biaya awal proyek pelabuhan, yang seharusnya bersifat sementara, diperkirakan oleh Amerika Serikat mencapai sebesar 320 juta dolar AS atau sekitar Rp 5,13 triliun.

Baca juga: Front Populer Pembebasan Palestina: Tentara Inggris yang Injakkan Kaki di Gaza Target Sah Perlawanan

IDF Rebut Pelabuhan Gaza dan Hancurkan Monumen Mavi Marmara, Klaim Digunakan Hamas (Twitter/X)

Sisa Jenazah Manusia di Jalur Rute Bantuan

Penulis menyatakan, tentara Israel meratakan sekitar 28 hektar tanah, dan melibas daerah pemukiman yang terkena dampak untuk memungkinkan pekerjaan dan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk membangun kompleks dermaga apung tersebut.

Namun, menurut Lima, warga Palestina mengindikasikan ada kemungkinan sisa-sisa manusia tercampur dengan jembatan yang akan dilewati rute bantuan kemanusiaan.

Hal itu karena Kementerian Kesehatan Palestina memperkirakan sekitar 10.000 jenazah masih terkubur di bawah reruntuhan rumah yang hancur di berbagai wilayah Gaza.

Baca juga: Media Inggris: Negara-Negara Arab Dukung Kehadiran Pasukan Asing di Gaza dan Tepi Barat

Dicurigai Bakal Jadi Pangkalan Militer

Pejabat militer Amerika menegaskan, pihaknya tidak akan mengirimkan pasukan ke lapangan selama atau setelah pekerjaan tersebut, dan oleh karena itu tentara Israel harus menjamin keamanan fasilitas tersebut, meskipun ada “jaringan terintegrasi” antara Pasukan Israel dan tentara Amerika untuk mengoordinasikan operasi.

Sementara itu, Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) menolak kerja sama ini – menurut surat kabar tersebut – dan seorang anggota terkemuka menegaskan penolakannya terhadap kehadiran non-Palestina di Gaza, “baik di laut atau di darat,” dan menganggapnya sebagai pemaksaan dan pentasbihan “pendudukan”. 

Meski begitu, pasukan Amerika akhirnya menuntaskan perakit platform terapung besar sekitar 10 kilometer dari pantai.

Prosedur setelah itu adalah pihak Israel akan memeriksa semua barang yang tiba sebelum mengirimkannya ke warga Gaza.

Setelah tiba, armada kapal kecil akan mengangkut bantuan ke pelabuhan baru, dan dari sana diangkut dengan truk.

Anggota Angkatan Darat AS, Angkatan Laut AS, dan militer Israel mendirikan Dermaga Trident, dermaga apung sementara untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan, di pantai Gaza, pada hari Kamis. (Komando Pusat AS)

Namun, melaksanakan pekerjaan tersebut – menurut surat kabar tersebut – menimbulkan keraguan besar di pihak organisasi kemanusiaan, terutama karena jumlah bantuan yang dapat masuk ke Gaza telah meningkat selama beberapa minggu melalui penyeberangan Rafah dan Kerem Shalom di selatan, selain penyeberangan Erez-Beit Hanoun, yang digunakan oleh konvoi.

Belakangan, Israel menutup akses-akses ini yang menuai kecaman dari para organisasi dan pekerja kemanusiaan.

Kepala urusan kemanusiaan di PBB, Martin Griffiths, mengungkapkan kemungkinan adanya hubungan antara pembukaan koridor laut ini dan serangan militer Israel yang diumumkan Israel terhadap Rafah di Jalur Gaza selatan, tempat tinggal satu setengah juta warga Palestina. 

Kecurigaan ini terbukti saat Israel kemudian membombardir Rafah tak lama setelah AS menyatakan kalau dermaga apung siap beroprasi.

Baca juga: Kirim Pasukan Tambahan, Brigade ke-89 Israel Memasuki Rafah Saat AS Umumkan Dermaga Apung Selesai

Sebagai informasi, menurut surat kabar tersebut, dermaga apung yang dibangun AS itu terletak di ujung apa yang disebut tentara Israel sebagai “Koridor Netzarim”.

KORIDOR NETZARIM- Israel membangun ‘sabuk militer’. Mereka sedang melakukan penyelesaian akhir pada jalan sepanjang 8 km yang secara efektif akan membelah Jalur Gaza menjadi dua dan memperkuat kendali Israel di wilayah utara. Pejabat pertahanan Israel yang berbicara dengan Wall Street Journal (WSJ) mengatakan jalan yang membelah Gaza – yang disebut “Koridor Netzarim”. (Tangkapan layar Twitter)

Koridor ini membagi Jalur Gaza menjadi dua bagian, dan daerah sekitarnya telah “ dibersihkan” untuk memberikan jalan bebas hambatan bagi kendaraan lapis baja dan memungkinkan manuver militer.

Lex Tackenberg, mantan pejabat di Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi (UNRWA), menyatakan bahwa “dalam keadaan normal, jika tujuan pelabuhan baru ini murni untuk kemanusiaan, PBB akan bertanggung jawab atas pengelolaannya , termasuk keamanannya,”.

Namun dengan dalih mengamankan fasilitas Amerika ini, Israel akan membangun pangkalan militer yang akan melengkapi sistem Koridor Netzarim.

Baca juga: Jenderal Mesir Soal Pelabuhan Gaza: Sampulnya Kemanusiaan, Dalamnya Penuh Intrik Kotor AS-Israel

(oln/khbrn/*)
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini