Foto itu menunjukkan ekor bom berdiameter kecil GBU-39/B buatan Boeing.
GBU-39/B dilengkapi mesin jet yang diambil dari rudal terarah M26.
Israel Klaim Tidak Sengaja
Sementara itu, Israel mengatakan kebarakan dan serangan di kamp pengungsi di Rafah, adalah "tidak terduga dan tidak disengaja."
Dikutip dari Al Jazeera, militer Israel menyebut serangan mematikan pada Minggu, di kamp dekat Rafah adalah "serangan yang ditargetkan" terhadap "teroris senior Hamas."
Mereka mengatakan kebakaran akibat serangan itu "di luar perkiraan."
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Daniel Hagari, mengatakan dalam pernyataannya lewat video, Selasa, militer sedang "menyelidiki penyebab kebakaran."
Baca juga: Pembantaian di Tel al-Sultan Rafah, Israel Balik Tuding Hamas: Kami Cuma Pakai Bom Kecil 17 Kg
Ia berspekulasi mungkin ada toko senjata di sebelah kompleks pengungsi tersebut hingga menyebabkan kebakaran dan menewaskan 45 warga sipil Palestina.
"Amunisi kami tidak akan mampu menyulut api sebesar ini. Saya ingin menekankan, amunisi kami tidak akan mampu menyulut api sebesar ini," kata dia.
Hampir Satu Juta Warga Palestina Terpaksa Meninggalkan Rafah
Hampir satu juta warga sipil Palestina terpaksa meninggalkan tenda-tenda pengungsian mereka di Rafah, di tengah serangan mematikan Israel, lapor Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
"Dalam tiga minggu terakhir, sekitar satu juta orang telah meninggalkan Rafah," lapor UNRWA, Selasa, dilansir Palestine Chronicle.
"Hal ini terjadi ketika tidak ada tempat yang aman untuk dituju dan di tengah pengeboman, mereka kekurangan makanan dan air, banyak tumpukan sampah dan kondisi kehidupan yang mengenaskan."
UNRWA menambahkan, "Hari demi hari, memberi bantuan untuk warga sipil hampir menjadi hal yang mustahil."
Rafah telah menampung lebih dari 1,5 juta pengungsi Palestina sebelum invasi darat dimulai pada 6 Mei.
Banyak dari mereka meninggalkan rumah mereka di daerah kantong yang terkepung dan diserang oleh pasukan Israel.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)