Analis Geopolitik: Pidato Biden Isyaratkan Keyakinan AS Kalau Israel Tak Bakal Menang atas Hamas
TRIBUNNEWS.COM - Pidato Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden pada Jumat (31/5/2024) soal gagasan yang ia sampaikan terkait penghentian perang di Jalur Gaza, dinilai sebagai wujud nyata keyakinan negara tersebut atas apa yang akan terjadi jika Israel terus melancarkan invasinya.
“Pidato Joe Biden memiliki banyak indikasi kekalahkan pendudukan Israel dan kemenangan bagi milisi perlawanan (Hamas Cs) dan rakyat Gaza, khususnya karena dia sadar bahwa Hamas dan kelompok perlawanannya sulit dipatahkan dan diberantas,” kata penulis dan analis geopolitik spesialisasi urusan Israel, Yasser Manna dilansir Khaberni, Sabtu (1/6/2024).
Baca juga: Lima Faktor yang Bikin Impian Netanyahu Berakhir dengan Kekalahan Besar Israel dari Hamas dan Gaza
"Pidato Biden merupakan perumusan ulang proposal terbaru (pertukaran sandera) Israel menurut pemahaman pribadinya dalam bahasanya sendiri, dan mengungkapkan keyakinan Amerika akan perlunya mengakhiri perang," katanya.
Manna menambahkan, “Biden juga berusaha memberikan jaminan kepada pihak-pihak terkait, dengan meyakinkan Gaza bahwa inisiatif tersebut menjamin gencatan senjata dan penarikan diri penuh IDF dari Jalur Gaza, sementara ia meyakinkan Israel bahwa peristiwa 7 Oktober tidak akan terulang kembali karena perang (telah) melemahkan kemampuan milisi perlawanan.”
Sama-sama Menang
Yasser Manna lebih jauh menganalisis, Biden menawarkan proposal win-win solution bagi pihak Israel dan Palestina dari perspektif masing-masing.
“Israel, dari sudut pandangnya, akan berpura-pura menang (atas kehancuran Gaza), dan sebagai imbalannya, (pihak) Palestina akan merayakan (gencatan senjata) tersebut sebagai kemenangan, yang pertama-tama ditunjukkan dengan ketabahan selama berbulan-bulan perang dan kemudian pembebasan tahanan di kemudian hari," ujarnya.
Kemenangan dalam perspektif milisi perlawanan, lanjutnya, adalah kelangsungan hidup Hamas dan perlawanannya, yang mampu bertahan dari ancaman pendudukan melalui bombardemen dan penyerbuan besar-besaran sejauh perang berlangsug.
Dia menambahkan, “Setiap proposal yang diajukan, terlepas dari sumbernya, yang menjamin penghentian perang dan rekonstruksi, akan didukung kelompok perlawanan. Sebaliknya, kelompok perlawanan tidak akan menerima solusi tambal sulam atau pengelakan kondisi apa pun. perlawanan, yang paling penting adalah penarikan diri pasukan IDF dan penghentian perang.”
Mempermalukan Netanyahu
Manna berkata, “Netanyahu dan kelompok sayap kanan ingin perang terus berlanjut, tetapi Biden, dengan bahasa ini, ingin mempermalukan Netanyahu dan memaksanya untuk menerima.”
Dia menyimpulkan, “Apa yang disampaikan Biden sangat konsisten dengan apa yang disampaikan Hamas dalam beberapa pekan terakhir dan ditolak oleh pemerintah pendudukan Israel pada saat itu, dan ini sendiri merupakan pencapaian besar bagi perlawanan saat ini.”
Amer Al-Masry, penulis dan analis lainnya, percaya kalau pidato Biden dalam bahasa ini mengungkapkan kekalahan telak tidak hanya terhadap pendudukan tetapi juga seluruh rezim yang berupaya melenyapkan gerakan Hamas dan mengandalkan solusi militer untuk memberantasnya.
Al-Masry mengatakan, “Siapa pun yang dengan hati-hati mempertimbangkan kata-kata Biden menyadari bahwa Amerika Serikat telah yakin bahwa tidak ada solusi yang dapat dicapai setelah perang berakhir kecuali dengan kehadiran Hamas, dan khususnya dengan Palestina. Dia berbicara tentang adanya jaminan Mesir dan Qatar bahwa apa yang terjadi pada 7 Oktober tidak akan terulang lagi di masa depan.”
Al-Masri memperkirakan kalau “tanggapan Hamas terhadap usulan tersebut akan positif, karena sebagian besar sesuai dengan tuntutan sebelumnya, selain fakta bahwa ada keyakinan bahwa Israel pada awalnya tertarik untuk menghentikan perang karena kini mengancam kelanjutan keberadaan negara tersebut.
Baca juga: Tak Jua Menang, Israel Siap Gencatan Senjata Permanen: Negosiasi dengan Hamas Lanjut Pekan Depan