TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemilihan Presiden Iran diprediksi akan berlangsung ketat. Sejumlah tokoh telah mendaftar maju sebagai kandidat pengganti Presiden Ebrahim Raisi yang meninggal dunia karena kecelakaan helikopter, Mei lalu.
Di antara mereka ada tokoh moderat seperti Ali Larijani, tokoh konservatif Saeed Jalili, hingga mantan presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang disebut bakal menjadi "mimpi buruk" bagi Israel dan para pendukungnya.
Ahmadinejad, Presiden Iran yang dari tahun 2005 hingga 2013, mendaftar bersama puluhan orang lainnya di Kementerian Dalam Negeri pada hari Minggu kemarin (2/6/2024), sehari sebelum masa pendaftaran berakhir.
Pemilihan presiden Iran sendiri akan digelar pada 28 Juni mendatang.
Ahmadinejad mengaku maju karena adanya seruan dari berbagai lapisan masyarakat Iran. Dia meyakini dapat menyelesaikan persoalan yang tengah dihadapi negeri bangsa Persia tersebut.
“Jangan mengajukan pertanyaan politik,” katanya sambil tersenyum ketika ditanya wartawan tentang reaksinya jika dia didiskualifikasi dari pencalonan oleh Dewan Wali – badan konstitusi yang memeriksa semua kandidat.
Meskipun Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mendesaknya untuk menjauh pada tahun 2017, dia mendaftar dan dilarang mencalonkan diri, namun memilih untuk tidak mendaftar pada pemilu 2021.
Puluhan orang yang mendaftar untuk mencalonkan diri sebagai presiden juga termasuk pejabat keamanan senior dan mantan perunding nuklir Saeed Jalili, mantan ketua parlemen tiga kali Ali Larijani, Walikota Teheran Alireza Zakani, dan mantan kepala bank sentral Abdolnasser Hemmati.
Jalili sekarang adalah perwakilan pemimpin tertinggi Iran di Dewan Keamanan Nasional Tertinggi (SNSC) dan pernah menjadi kepala keamanan dari tahun 2007 hingga 2013 pada puncak ketegangan seputar proyek nuklir.
Larijani, seorang tokoh konservatif yang berasal dari keluarga berkuasa, mungkin satu-satunya kandidat yang relatif moderat yang memiliki peluang untuk mengumpulkan banyak suara – jika ia mendapat lampu hijau dari Dewan Wali setelah didiskualifikasi pada tahun 2021.
Profil Mahmoud Ahmadinejad
Di antara para tokoh yang pernah maupun sedang menjabat sebagai presiden atau pemimpin negara, Mahmoud Ahmadinejad dikenal sebagai salah satu yang paling merakyat.
Berikut rangkuman singkat seputar sosok dan rekam jejaknya:
- Ahmadinejad kerap digambarkan dalam gaya hidupnya yang sangat sederhana, bahkan pernah diberitakan mengenakan jas yang sobek.
- Mahmoud Ahmadinejad lahir dengan nama Mahmoud Saborjhian pada 28 Oktober 1956 di desa Aradan, dekat Garmsar, Iran.
- Dia adalah anak keempat dari tujuh bersaudara. Ayahnya, Ahmad Saborjhian, adalah seorang pandai besi.
- Saat keluarganya pindah dari Aradan ke Teheran pada 1957, Ahmad mengganti nama keluarganya menjadi Ahmadinejad.
- Ahmadinejad menghabiskan masa kecil dan remajanya di Teheran, kemudian melanjutkan pendidikan tingginya mempelajari teknik sipil di Universitas Sains dan Teknologi Iran (IUST) pada 1976.
- Sebagai mahasiswa, Ahmadinejad termasuk pemuda yang aktif berorganisasi.
- Dia bahkan menjadi salah satu penggerak aksi demonstrasi selama berlangsungnya Revolusi Iran pada 1978-1979.
- Ahmadinejad juga bergabung dengan kelompok milisi bentukan Ayatollah Ruhollah Khomeini, Korps Garda Revolusi Islam Iran. Dia bahkan turut dalam Perang Irak Iran (1980-1988).
- Setelah menyelesaikan masa tugasnya di kelompok milisi, pada 1986, Ahmadinejad melanjutkan pendidikan di IUST dan meraih gelar doktor untuk teknik dan perencanaan transportasi.
- Pada 1989, dia bergabung dengan IUST dan menjadi salah satu pengajar di kampus tersebut.
- Ahmadinejad mulai mengabdi di pemerintahan setelah dia ditunjuk sebagai gubernur di kota Maku dan Khoy, di Provinsi Azerbaijan Barat.
- Pada 1993, dia dipercaya menjadi penasihat di kementerian kebudayaan dan pendidikan tinggi.
- Ahmadinejad kemudian ditunjuk menjadi gubernur untuk Provinsi Ardabil, yang baru dibentuk.
- Dia menjabat hingga 1997 dan setelahnya kembali menjadi pengajar di IUST.
- Ahmadinejad membantu berdirinya partai Pengembang Islam Iran yang mengedepankan agenda populis dan ingin menyatukan faksi konservatif.
- Partai itu memenangkan pemilihan dewan kota di Teheran pada Februari 2003.
- Selanjutnya pada bulan Mei, dewan kota menunjuk Ahmadinejad untuk melayani sebagai wali kota.
- Selama menjabat sebagai wali kota Teheran, Ahmadinejad dipuji karena dianggap telah berhasil mengatasi masalah lalu lintas dan menekan harga.
- Berkat karisma dan keterampilan berpolitiknya, Ahmadinejad dengan cepat meraih banyak dukungan.
- Sejumlah kebijakan yang diambilnya saat menjadi wali kota di antaranya menutup restoran cepat saji ala Barat dan menutup papan reklame dengan referensi Barat.
- Dia juga menganjurkan pemisahan lift untuk laki-laki dan perempuan, serta mengubah fungsi pusat budaya sebagai aula salat selama Ramadhan.
- Selain itu, dia memerintahkan para pria pegawai pemerintahan kota untuk memelihara jenggot dan mengenakan kemeja lengan panjang.
Menjadi presiden
Ketika menjabat presiden, Ahmadinejad tetap menampilkan dirinya sebagai presiden yang merakyat.
Ahmadinejadi memilih tinggal di rumahnya sendiri daripada di istana kepresidenan, hingga akhirnya bersedia pindah setelah dibujuk oleh para penasihat keamanan.