TRIBUNNEWS.COM -- Banyak mendapat perlawanan dari masyarakat sipil yang jadi target wajib militer, para perekrut mobilisasi militer Ukraina (TCC) dikabarkan mulai tak bisa mengendalikan emosinya saat melakukan tugasnya.
Mereka bertindak brutal, bahkan di Kota Lviv mereka tega menabrak sepeda warganya sendiri yang mencoba kabur agar tidak direkrut menjadi pasukan militer.
Video kejadian tersebut dipublikasikan oleh saluran telegram lokal dikutip dari media Ukraina, Strana.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-831: Zelensky Tuduh Rusia Pengaruhi China dan Hindari Ukraina
Dalam video tersebut merekam sebuah mobil menabrak pengendara sepeda ke samping, ia terjatuh, lalu bangkit, meninggalkan kendaraan roda duanya dan mulai berlari.
Kemudian sang komisaris militer bergegas mengejarnya, tapi masih tidak bisa menangkap pria itu.
Tak lama setelah video tersebut dipublikasikan, TCC dan SP Regional Lvov pun langsung mengonfirmasi bahwa yang terekam dalam video tersebut adalah karyawannya.
Pernyataan TCC di Facebook mengklaim bahwa setelah diminta untuk menunjukkan dokumen, warga tersebut mulai menggunakan bahasa cabul, menghina personel militer, dan berperilaku menantang dan agresif.
“Kemudian warga tersebut mulai melarikan diri dengan menggunakan sepeda. Prajurit yang terlibat dalam kelompok peringatan adalah peserta dalam operasi tempur dan dipindahkan untuk bertugas di RTCC dari unit tempur. Karena tidak mampu menahan emosi, mereka memutuskan untuk mengejar buronan tersebut. Kemudian mereka menyusul dan mencoba menghalangi jalannya. Namun, dia berhasil melarikan diri,” terang TCC menggambarkan situasinya.
Hari ini, TCC ibu kota juga menjelaskan video dari Kiev , di mana perempuan membela seorang pria yang ditahan oleh komisaris militer, setelah itu salah satu pekerja TCC memukul wajah perempuan tersebut.
Sang wanita kemudian menghardik petugas dan mengatakan, “Haruskah saya tunjukkan kepada Anda kecacatanku?”
TCC kemudian menyatakan bahwa petugasnya tidak bisa mengendalikan emosinya.
Sementara itu, Angkatan Darat Ukraina yakin bahwa laporan kekerasan yang dilakukan pekerja TCC terhadap warga sipil adalah “operasi informasi” yang dilakukan Moskow.
Dan video penahanan kejam terhadap laki-laki dipentaskan dan direkam oleh orang Rusia di wilayah pendudukan.
Mobilisasi Jadi Momok Warga
Program wajib militer menjadi momok sebagian warga Ukraina. Bahkan mereka lebih memilih menempuh jalur bahaya untuk menghindari ikut mobilisasi militer.
Warga Ukraina ada yang nekad berenang menyeberangi Sungai Tisza di perbatasan Rumania yang dingin daripada masuk militer.
Akibatnya, puluhan orang tewas sia-sia saat menyeberang sungai tersebut.
Media setempat Babel.ua memberitakan pada April lalu mengevakuasi puluhan mayat warganya yang memutuskan menyeberang sungai.
Karena derasnya arus, jenazah baru bisa dikeluarkan dari air pada pagi hari. Identitas korban tewas saat ini sedang diidentifikasi.
Layanan Perbatasan Negara Ukraina menjelaskan, sejak awal invasi besar-besaran, ini sudah menjadi kasus kematian pria yang mencoba menyeberangi sungai ke-24.
Mereka adalah orang-orang yang berusaha menyeberang ke Rumania untuk menghindari program mobilisasi militer yang segera diterapkan oleh pemerintahan Volodymyr Zelensky.
Media online lainnya, TSN, memberitakan bahwa penolakan terhadap wajib militer memang terus berlanjut di Ukraina telah terjadi dalam beberapa bentuk ekstrem.
Mereka lebih memilih tenggelam di sungai daripada menjadi korban 'penggiling daging' tentara Rusia yang terkenal brutal dan ditakuti.
“Tidak ada seorang pun yang bersedia pergi ke garis depan," kata seorang tentara yang bertugas di resimen Azov neo-Nazi berjuluk 'Niko'.
Sementara pasukan yang telah ada, terus dipaksa untuk berperang tak peduli kondisinya telah memprihatinkan.
Niko sendiri telah mengalami cedera parah, salah satu kakinya patah saat bertempur dengan pasukan Rusia.
Namun ia tidak kunjung ditarik oleh militer Ukraina. Alasannya saat ini sudah tidak ada tentara cadangan untuk menggantikannya.
“Tidak ada seorang pun yang mau bergabung dengan Angkatan Bersenjata Ukraina saat ini,” katanya kepada TSN.
Menurutnya. warga Ukraina akan melakukan apa pun untuk menghindari wajib militer, termasuk “berenang menyeberangi Sungai Tisza dan menenggelamkan diri di sana,” kata tentara sukarelawan tersebut.
Niko mengacu pada laporan baru-baru ini tentang puluhan pria yang kehilangan nyawa dalam upaya melarikan diri dari Ukraina dan menghindari wajib militer di tengah konflik yang terus berlanjut antara Moskow dan Kiev.
Pada bulan Maret, dinas penjaga perbatasan Ukraina melaporkan kematian tenggelam ke-22 di Sungai Tisza sejak dimulainya konflik pada Februari 2022.
Pasukan Ukraina di garis depan bersiap menghadapi serangan Rusia (Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina via Pravda)
Sungai yang terletak di perbatasan Ukraina dengan Rumania ini semakin banyak dilalui oleh mereka yang berusaha melarikan diri ke luar negeri di tengah krisis pertempuran.
Namun, pejuang Azov tidak menunjukkan simpati terhadap mereka yang tenggelam, dengan alasan bahwa mereka seharusnya pergi ke garis depan dan mati sebagai “pejuang sejati”.
“Pergi dan mati seperti pria sejati bukannya tenggelam seperti tikus,” katanya kepada TSN.
Sebelumnya, komandan Angkatan Darat Ukraina, Jenderal Aleksandr Pavlyuk, juga mengecam mereka yang menunjukkan simpati terhadap tewasnya para pengelak wajib militer.
Perasaan seperti itu yang ditunjukkan secara terbuka melemahkan rancangan upaya tersebut dan diduga menguntungkan Rusia, klaim sang jenderal pada akhir Maret.
Menurut Pavlyuk, setiap kritik terhadap rancangan upaya tersebut “gagal mencapai poin utama: bahwa adalah ilegal bagi laki-laki untuk menghindari kewajiban konstitusional mereka untuk membela Ukraina.”