News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Operasi Karatan IDF di Shaboura, Pakar Militer: Baru Dua Batalyon Qassam yang Turun Tangan di Rafah

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tentara Israel (IDF) mengevakuasi rekan mereka yang terluka parah dalam pertempuran di Jalur Gaza. Di lingkungan Zaytoun, pasukan IDF dilaporkan menghadapi perlawanan sengit faksi-faksi milisi perlawanan Palestina di mana Brigade Al Qassam, Brigade Al QUds, dan Brigade Martir Al-Aqsa menyatukan serangan mereka terhadap pasukan IDF.

Operasi 'Karatan' IDF di Shaboura, Pakar Militer: Baru Dua Batalyon Qassam yang Turun Tangan di Rafah

TRIBUNNEWS.COM - Pakar militer dan strategi perang asal Yordania, Nidal Abu Zaid, menganalisis kegagalan operasi militer tentara Israel (IDF) di Kamp Shaboura, Rafah, Gaza Selatan, Selasa (11/6/2024).

Pada penyerbuan ini, IDF dilaporkan menderita kerugian telak dengan sejumlah personel mereka tewas karena perlawanan dari Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas.

Baca juga: IDF Balik Lagi ke Gaza Tengah, Kembali Kena Jebak Pancingan Al Qassam: 15 Tentara Rebah Sekali Bom

Dalam penjelasannya, Abu Zaid menyebut penyerbuan IDF itu sebagai operasi karatan, merujuk pada buruknya strategi dan koordinasi militer di antara pasukan operasional IDF di lapangan.

Dia menjelaskan, apa yang dihadapi oleh IDF di Rafah saat ini baru datang dari perlawanan dua batalyon milisi perlawanan.

"Kemunculan pasukan pendudukan dalam penyergapan Shaboura hari ini menegaskan apa yang kami sampaikan sebelumnya, bahwa penjajah selama ini hanya bentrok dengan dua batalyon perlawanan di Rafah, Batalyon Sharqiya dan batalion kamp Yabna," katanya.

Baca juga: Gagal Berhari-hari, Tentara Israel Kerahkan Pasukan Besar untuk Jebol Yabna di Pusat Rafah

Abu Zaid menambahkan, ketika IDF memutukan untuk memperluas serangan di Rafah dengan memasuki kamp Shaboura, mereka berhadapan dengan brigade perlawanan yang paling terlatih dan profesional, Batalyon Shaboura.

"IDF mengalami kerugian besar, yang memperkuat indikasi kalau milisi perlawanan sedang merencanakan operasi jangka panjang yang akan menghabiskan tenaga pendudukan Israel," katanya.

Baca juga: Jenderal IDF Beberkan Skenario Runtuhnya Israel, Perang Atrisi dalam Kepungan Hamas-Hizbullah-Houthi

Dia juga menyoroti pernyataan Kepala Staf IDF Herzi Halevi yang mengatakan kalau Israel membutuhkan 15 batalyon tempur untuk menyelesaikan misi di Gaza.

"Ini membenarkan apa yang kami bicarakan sebelumnya tentang kerugian besar yang diderita oleh pasukan pendudukan. Kerugian besar ini menghalangi pendudukan untuk melancarkan pertempuran ofensif yang berhasil di salah satu poros pertempuran di Jalur Gaza," katanya.

Abu Zaid menambahkan dalam analisisnya bahwa pasukan pendudukan IDF di Rafah telah kelelahan dan beroperasi tanpa format standar yang jelas karena tidak adanya informasi intelijen yang diberikan oleh Divisi Intelijen Militer dan unit pengintaian teknis dan udara untuk sektor-sektor di mana mereka melakukan operasi.

Baca juga: Kelelahan, Sejumlah Saksi Enggan Teken Penetapan Hasil Pemilu dan Berujung Perubahan Suara

"Operasi mereka (milisi perlawanan sayap militer Al Qassam) di Rafah membuat pasukan pendudukan Israel kehilangan momentum penyerangan dan kemampuan beradaptasi dengan wilayah operasi di Rafah.

Abu Zaid menekankan kalau perdana menteri Israel, Benjamin Netanyahu sudah menjadi "Don Quixote" Israel yang terengah-engah mengejar target perang yang tak juga didapatkan.

Abu Zaid menekankan bahwa resolusi Dewan Keamanan, yang diadopsi oleh 14 anggota dan tidak disetujui oleh Rusia, menegaskan tanpa keraguan bahwa Washington telah menyadari betapa besarnya kesulitan yang dihadapi Israel di Gaza dan ketidakmampuan untuk mencapai kemajuan yang signifikan setelah 247 hari konflik.

"Resolusi ini mendorong perlunya gencatan senjata dengan resolusi internasional mengenai hal ini. Jika pendudukan setuju, maka mereka akan terlihat menyerah pada keinginan internasional dan tidak tunduk pada kondisi perlawanan," katanya.

Seorang petempur Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, menembakkan roket anti-tank ke arah pasukan Israel. Pada Minggu (12/5/2024) terjadi tiga pertempuran sengit di tiga front Jalur Gaza yaitu, Jabalia dan Zaytoun, Gaza Utara, serta Rafah, Gaza Selatan. IDF mengakui ada 50 pasukannya yang terluka dalam satu hari pertempuran tersebut. (khaberni/HO)

Al Qassam Jadikan Rumah Jadi Jebakan Buat IDF

Peristiwa penyerbuan Shaboura yang dijelaskan Abu Zaid di atas merujuk pada aksi Brigade Qassam menjebak dan membunuh tentara Israel di rumah Rafah yang dijadikan jebakan.

Sayap bersenjata Hamas itu terus melakukan serangan terhadap pasukan Israel delapan bulan setelah pejabat Israel berjanji untuk memberantas gerakan perlawanan.

Di Shaboura, Brigade Al Qassam, membunuh beberapa tentara Israel dan melukai lainnya dalam penyergapan di Rafah di Gaza selatan, kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kelompok itu pada 10 Juni.

Brigade Qassam mengumumkan bahwa “sejumlah tentara Israel tewas dan terluka akibat para pejuangnya meledakkan sebuah rumah jebakan di kota Rafah, selatan Jalur Gaza.”

Pernyataan itu menambahkan bahwa “rumah jebakan itu berisi pasukan Zionis di kamp Shaboura di kota Rafah.”

“Segera setelah kedatangan pasukan penyelamat, pejuang kami menghancurkan sekitar rumah yang diledakkan dengan mortir,” kata pernyataan itu, seraya mencatat bahwa pejuang Qassam “menghabisi pasukan musuh yang ditempatkan di selatan lingkungan Tal al-Sultan dan sekitar Rumah Sakit Kuwait, di kota Rafah, dengan mortir.”

Al Jazeera melaporkan bahwa helikopter Israel mulai mengevakuasi korban luka ke rumah sakit Israel untuk mendapatkan perawatan.

Dalam operasi tersebut, pasukan Israel berhasil melemparkan granat asap guna memberikan perlindungan bagi evakuasi tentara.

Setelah delapan bulan perang dan dukungan militer besar-besaran dari Amerika Serikat dan negara-negara barat lainnya, tentara Israel belum mampu mengalahkan Hamas. Pasukan Israel terus menjadi sasaran serangan pejuang Qassam di seluruh wilayah Gaza dari selatan hingga utara.

Penyergapan yang berhasil dilakukan Brigade Qassam pada hari Senin menyusul pembantaian berdarah Israel di Kamp Nuseirat pada hari Sabtu.

Pembantaian itu dilakukan sebagai bagian dari operasi penyelamatan empat tawanan Israel yang diambil oleh Hamas pada 7 Oktober dengan imbalan tawanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.

Hamas mengumumkan bahwa Israel juga membunuh tiga tawanan Israel dalam serangan tersebut, yang melibatkan pemboman besar-besaran di wilayah sipil.

Menurut New York Times, 43 dari 253 tawanan Hamas telah terbunuh.

Para tawanan yang dibebaskan menyatakan bahwa ketakutan terbesar mereka adalah dibunuh oleh pemboman Israel yang tiada henti yang telah menewaskan lebih dari 37.000 orang sebagai bagian dari genosida Israel terhadap warga Palestina di Gaza.

Bom Jebakan Meledak

Perlawanan Palestina mengebom rumah yang dijadikan jebakan untuk beberapa pasukan Zionis di Rafah.

Perlawanan Palestina mengumumkan, pada hari Senin, bahwa mereka telah menyergap kekuatan militer Zionis, menyebabkan mereka tewas dan terluka dalam pertempuran sengit di kota Rafah, selatan Jalur Gaza.

“Kami menyebabkan pasukan Zionis terbunuh atau terluka dengan meledakkan sebuah rumah jebakan yang didalamnya mereka bersembunyi di kamp Shaboura di Rafah,” kata Batalyon Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam “Hamas,” dalam sebuah pernyataan. sebuah laporan militer, menurut situs Palestine Online.

Segera setelah kedatangan pasukan penyelamat, mujahidin kami membom sekitar rumah yang dibom dengan mortir,

Kelompok tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan di Telegram bahwa mereka telah meledakkan sebuah rumah jebakan yang berisi pasukan Israel di dalamnya.

“Segera setelah kedatangan pasukan penyelamat, pejuang kami menembakkan mortir ke sekitar rumah yang diledakkan,” kata Brigade Al-Qassam menambahkan.

(Sumber: The Cradle)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini